Senin, 10 Desember 2012

Pengaruh Kekuatan Aqidah terhadap Etos Dakwah




A.    Kekuatan Aqidah
Aqidah merupakan hal pokok dalam agama Islam. Akidah yang menjadi pondasi utama dari bangunan islam seseorang, jika pondasinya kokoh maka akan kokoh pula bangunannya dan sebaliknya jika pondasinya rapuh maka akan rapuh pula bangunan tersebut. Jika diibaratkan bangunan begitu pula keislaman kita, yang jelas sangat dipengaruhi oleh aqidah atau keimanna kita kepada Allah.
1.      Pengertian Aqidah
‘Aqada – ya’didu – ‘aqdan artinya mengikat tali, mengokohkan janji, dan menyatakan ikatan jual-beli. Juga bandingkan ‘aqida – ya’qadu – ‘aqadan artinya cara bicara terpatah-patah (gagap), terikat, hasil kesepakatan, janji setia, menyerahkan urusan pada orang lain karena ia dipercaya, persetujuan, dalil, alasan, ikatan nikah, kalung leher, sukar, sulit, dan teka-teki. (Mahmud Yunus, 1989:2274-275).
Penggunaan kata aqidah dalam Al-Quran berarti sumpah setia diantara manusia (Qs, An-Nissa, 4:33; Al-Maidah, 5:1&89). Misalnya dalam hal pembagian harta waris, orang yang terikat sumpah setia dengan orang yang meninggal dunia tersebut berhak menerima harta waris. Apabila sumpah setia itu dilanggar, maka ia harus menggantinya dengan kifarat (memberi makan/pakaian kepada 10 orang miskin atau membebaskan seorang manusia dari status perbudakan, atau puasa 3 hari). Juga dapat berarti ikatan nikah (Qs, Al-Baqarah, 2:235&237) atau kekakuan lidah (Qs, Thaha, 20:27) atau ikatan tali (Qs, Al-Falah, 113:4).
Berdasarkan makna kamus maupun penggunanya dalam Al-Quran maka aqidah dalam Islam dapat didefinisikan sebagai perjanjian manusia dengan Tuhan yang berisi tentang kesediaan manusia untuk tunduk dan patuh secara sukarela pada kehendak Allah.
2.      Ruang Lingkup Aqidah
Kesediaan manusia untuk tunduk dan patuh secara sukarela pada kehendak Allah tersebut mengandung 6 komponen dasar perjanjian; yaitu keyakinan hati bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, keyakinan hati bahwa ada hal ghaib seperti malaikat, keyakinan hati bahwa ada manusia biasa yang diberi amanah kerasulan oleh Allah, keyakinan hati bahwa ada pertanggungjawaban amal perbuatan setelah terjadi kematian, dan keyakinan hati bahwa ada aturan pasti yang melandasi kehidupan ini yang dibuat oleh Allah.
Dampak dari keyakinan tidak ada tuhan selain Allah adalah kemandirian dalam menjalankan kehidupan semenjak lahir sampai mati. Ketika seorang manusia dihadapkan pada kesulitan hidup, ia akan meminta pertolongan kepada Allah semata, yang diekspresikan dalam bentuk giat bekerja, terukur dalam merencanakan perbuatan, pandai mengambil pelajaran dari pengalaman, dan taat azas dalam mencari dan mengusahakan pemecahan atas kesulitan hidup yang dialaminya sampai berhasil diatasi.
Dampak dari keyakinan ada hal ghaib adalah kontrol diri yang terukur dan objektif. Ketika seorang manusia bergaul dengan manusia lain atau lingkungan hidupnya, ia sadar bahwa setiap perbuatannya memberi pengaruh kepada orang lain atau lingkungan hidupnya tersebut. Apabila ia sedang sendirian dan tidak sepasang mata pun yang melihat, ia tetap akan memilih perbuatan yang bermanfaat bagi manusia lain dan lingkungan hidupnya. Dilihat atau tidaknya oleh orang lain, ia tetap perbuatan yang memberikan manfaat bagi diri dan lingkungan sosialnya.
Dampak dari keyakinan ada amanah kerasulan yang diberikan Allah kepada manusia biasa adalah penghargaan terhadap objektivitas informasi. Hanya informasi yang mengandung kenenaran sajalah yang dapat dijadikan landasan perbuatan manusia, jika ia ingin selamat dalam kehidupan ini maupun kehidupan nanti. Yang harus diikuti bukan Muhammad bin Abdilah, melainkan kerasulan yang diamanahkan Tuhan kepadanya. Yang pantas dijadikan kerasulan yang diamanahkan Tuhan kepadanya. Yang pantas dijadikan landasan perbuatan manusia adalah kerasulan yang diamanahkan Allah kepada Isa, Musa, Ibrahim, dan nabi-nabi laiannya, bukan meng’kultus’kan kesempurnaan tubuh Isa, Musa, Ibrahim atau nabi-nabi lainya.
Dampak dari keyakinan ada kumpulan petunjuk Tuhan yang pernah diberikan kepada para nabi adalah adanya kepastian petunjuk hidup yang dapat diikuti atau diingkari manusia. Dampak dari keyakinan ada pertanggungjawaban amal perbuatan setelah kematian adalah keadilan dan sportivitas proses perbuatan. Hidup didunia jadi bermakna, karena perbuatan yang dilakukan di dunia hari ini menjadi tumpuan harapan di dunia yang akan datang. Sedangkan dampak dari keyakinan ada aturan pasti yang mengikat alam semesta ini termasuk tubuh manusia adalah keleluasaan ruang dan waktu bagi manusia untuk mengembangkan potensinya.
Ringkasnya, manusia yang memenuhi perjanjian yang dibuatnya dengan Allah, akan menjadi manusia yang mandiri, mampu mengendalikan diri, onjektif dalam menanggapi informasi, mampu memilih yang terbaik bagi diri dan lingkungannya, sportif dalam berbuat, dan selalu belajar dari pengalaman di masa lampau.
3.      Kedudukan Aqidah
Aqidah merupakan akar bagi setiap perbuatan manusia. manusia yang lisannya menyatakan tunduk dan patuh secara sukarela pada kehendak Allah, pasti dampak perbuatannya akan bermanfaat bagi manusia lain yang ada disekitarnya. Contohnya Nabi Ibrahim AS. Ia pernah  menambatkan keyakinan bahwa patung berhala, bintang, bulan, matahari dan sejenisnya adalah Tuhan. Tetapi setelah uji coba mereka semua itu lemah dan Nabi ibrahim pun tak mau meyakininya. Keyakinan hati ini merupakan aqidah. Konsekuensi dari aqidah tersebut ialah diujinya Nabi Ibrahim untuk menyembelih anaknya sendiri. Allah menguji apakh Nabi Ibrahim patuh atau ingkar. Dan ternya ta Nabi Ibrahim lolos dari ujiannya itu dengan mengikhlaskan anaknya disembelih walaupun pada akhirnya digantikan Allah dengan kambing yang besar. Ujian ini merupakan salah satu dari bentuk kepatuhan kita apakah kita benar-benar tunduk pada-Nya atau hanya ucapan belaka.
            Itulah gambaran kedudukan aqidah dalam ajaran Islam, yaitu sebagai akar setiap perbuatan manusia. Apabila akar pohon perbuatan manusia itu kokoh, maka pohon perbuatan manusia itu akan berbuah dan tahan dari berbagai tiupan angin cobaan. Sebaliknya apabila akar pohon perbuatan manusia itu rapuh atau bahkan tanpa akar sama sekali, maka buah perbuatan manusia itu tidak bermakna dan mudah roboh oleh tiupan godaan angin sepoi-sepoi sekalipun.
B.     Etos Dakwah
Tidak mudah untuk menyusun strategi dakwah terutama untuk menghasilkan etos dakwah yang kuat  dalam konteks masyarakat seperti sekarang ini.  Kesulitan menghadang tatkala kita menorehkan wajah ke depan langsung berhadapan dengan hamparan tatanan masyarakat informatif-industrial berserta segala dampak yang ditimbulkannya. Betapa rumitnya memetakan arah perkembangan masyarakat itu, sehingga kita gagap menyiasatinya. Itu semua mewujudkan bahwa tuntutan akan keharusan merubah  strategi komunikasi dakwah tidak bisa ditunda-tunda lagi. Gerakan dakwah juga perlu menaruh perhatian terhadap berbagai persoalan pengiring yang muncul dalam masyarakat global-industrial. Berbagai persoalan tersebut akan berkaitan dengan tumbuhnya kawasan perumahan dan industri, perilaku dan tatanan sosial-budaya yang belum diketemukan rujukannya dalam pemikiran klasik, munculnya  kelompok strategis baru (kelas menengah, generasi muda terdidik, profesional muda, politisi, birokrat, dan intelektual), kemiskinan material dan spritual, perluasan keterasingan dan penyimpangan sosial serta keagamaan, dan perluasan kaum pekerja buruh.
Profesionalitas pelaku dakwah ditentukan oleh kemampuan memanfaatkan secara maksimal menguasai seluruh model media komunikasi sosial yang meliputi tv, radio, internet, buku, majalah dan koran disamping media sosial budaya lainnya. Namun, sesuai kecenderungan masyarakat global-industrial yang membelah keutuhan kemanusiaan menjadi bagian–bagian yang rinci sulit diharapkan suatu sosok mubaligh yang memiliki kemampuan profesional generalistik. Karena itu pemanfaatan media di atas memerlukan pembagian kerja terprogram dan pelatihan yang terus menerus yang dapat dirubah dan dikembangkan sesuai tuntutan masyarakat.
Strategi dakwah sekarang harus mengarah pada penanganan masalah riil. Artinya bahwa kegiatan dakwah harus merupakan usaha pemecahan atau penyelesaian masalah kehidupan umat dan masyarakat di bidang sosial-budaya, ekonomi dan  politik dalam kerangka masyarakat modern. Dengan memahami dakwah sebagai pemecahan masalah diharapkan membuahkan tiga kondisi: pertama, tumbuhnya kemandirian dan kepercayaan umat serta masyarakat sehingga berkembang sikap optimis. Kedua, tumbuhnya kepercayaan terhadap kegiatan dakwah guna mencapai tujuan kehidupan yang lebih ideal. Ketiga, berkembangnya suatu kondisi sosial dan ekonomi, politik serta iptek sebagai landasan peningkatan kualitas hidup umat.
Uraian di atas, setidaknya memberi kita jalan untuk memperlebar makna dakwah. Dalam arti yang paling sempit dakwah adalah memanggil dan mengajak seseorang atau sekelompok orang untuk memeluk agama Islam. Sedangkan arti yeng lebih luas dakwah bisa dipahami sebagai upaya peningkatan kualitas SDM, pengentasan kemiskinan, memerangi kebodohan dan keterbelakangan, dan pembebasan. 
Jadi, gerakan dakwah adalah gerakan multidisipliner, multidimensi dan multifungsi yang dilakukan melalui multimedia. Hanya melalui strategi budaya dan wawasan keagamaan yang lebih dinamis dan kritis kita dapat menempatkan diri sebagai fasilitator dalam dinamika sejarah dan perkembangan peradaban modern.
Dalam mengembangkan dakwah kita tentu harus meniliki etos dakwah yang kuat, layaknya dalam sebuah pekerjaan etos kerja profesional sangat dibutuhkan dalam dakwah etos dakwah juga sangat diutamakan.
Dengan mengadopsi 8 etos kerja profesional Jansen Sinamo maka 8 etos tersebut dapat pula diaplikasikan dalam dakwah, karena dakwah adalah suatu pekerjaan bahkan ia adalah pekerjaan termulia di muka bumi ini. Pekerjaan para Nabi dan Rasul. Maka bunyinya dapat berubah menjadi:
1.    Dakwah adalah rahmat, maka berdakwah harus penuh syukur
2.    Dakwah adalah amanah, maka berdakwah harus penuh dengan tanggung jawab
3.    Dakwah adalah panggilan, maka harus tuntas dan penuh integrasi
4.    Dakwah adalah aktualisasi, maka berdakwah harus penuh semangat
5.    Dakwah adalah ibadah, maka harus serius dan penuh kecinyaan
6.    Dakwah adalah seni jadi harus cerdas dan penuh kreativitas
7.    Dakwah adalah kehormatan maka harus tekun dan penuh keunggulan
8.    Dakwah adalah pelayanan, maka harus penuh kerendahan hati

C.    Pengaruh Kekuatan Aqidah Terhadap Etos Dakwah
Tujuan ajaran Islam diberikan Allah kepada manusia ialah agar manusia hidup selamat dunia dan akhirat. Allah menawarkan jalan keselamatan hidup kepada manusia melalui lisan dan perbuatan para N. Tawaran keselamatan itu bersifat pilihan bagi manusia, yaitu menerima tawaran dan konsekuensinya atau menolak tawaran dan konsekuensinya pula.
Berpegang teguh kepada ajaran Allah merupakan aqidah. Berpegang teguh kepada perjanjian dengan manusia merupakan perwujudan akhlak. Ativitas memegang teguh ajaran Allah dan perjanjian dengan manusia merupakan perwujudan syariah. Dengan kata lain, perbuatan syari’ah didasari kelurusan aqidah dan dampaknya adalah akhlah (kemanfaatannya akan dirasakan oleh manusia lain. Contohnya perbuatan shalat adalah syari’ah. Tetapi shalat akan sia-sia, apabila tidak didasari keyakinan bahwa perbuatan itu semata-mata untuk Allah (aqidah) dan tidak memberi manfaat positif bagi manusia lain (akhlak). Perbuatan shalat itu menjadi bermakna, apabila didasari motivasi semata-mata untuk Allah dan berdampak positif bagi orang lain yang tercermin dari akhlaknya yang terpuji.
Begitu pula dengan dakwah, udakwah merupakan bentuk syariah, yang jelas akhlaq dan aqidah berpengaruh didini. Aqidah yang lurus akan menghasilkan pendakwah yang tangguh karena mereka melakukannya karena Allah, serta pengiat dakwah itu juga akan memiliki akhlak yang mulia sebagai buah dari aqidahnya yang lurus. Semuanya saling berhubungan mdan tidak dapat dipisahkan. Sebuah uang logam. Uang logam adalah syariah. Sisi satu uang logam tersebut adalah aqidah, sedangkan sisi lainnya adalah akhlak. Syariah adalah ruang dan waktu bagi terjadinya perilaku manusia. Perilaku manusia menjadi bermakna apabila didasari tujuan yang jelas (Aqidah) dan berdampak positif bagi manusia lain (Akhlak).
Begiru pula dengan dakwah. Dipengaruhi oleh aqidah karena, kedudukan aqidah dalam ajaran Islam, yaitu sebagai akar setiap perbuatan manusia. Apabila akar pohon perbuatan manusia itu kokoh, maka pohon perbuatan manusia itu akan berbuah dan tahan dari berbagai tiupan angin cobaan. Sebaliknya apabila akar pohon perbuatan manusia itu rapuh atau bahkan tanpa akar sama sekali, maka buah perbuatan manusia itu tidak bermakna dan mudah roboh oleh tiupan godaan angin sepoi-sepoi sekalipun.
Apabila aqidah seseorang kokoh maka ia akan menjalankan segala yang diperintahkan-Nya dan menjauhi apa yang dilarang-Nya. Dakwah merupakan salah satu perintahnya sesuai dengan firman Allah dalam Al-Quran  QS. An-Nahl (16) : 125 yang artinya:    “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” Dan dalam ayat lain Allah memerintahkan berdakwah yakni pada QS. Ali Imrân (3) : 110 yang artinya:     “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.

Berdasarkan ayat di atas Allah Swt menyiratkan perintah untuk berdakwah merupakan sebuah keharusan sebagai seorang muslim, dimana ketaatan seseorang terhadap hukum yang digariskan oleh Allah adalah cerminan dari aqidahnya sendiri. Semakin kuat aqidahnya tentu ia tidak akan menyepelekan dakwah walaupun itu hanya menyampaikan satu ayat.
Dakwah tentu luas cakupannya, buah dari aqidah yaitu akhlak merupakan dakwah membrikan suri tauladan yang baik. Selain itu dakwah menyampaikan sesuatu yang benar dan melarang sutau kemungkaran. Dakwah dengan aqidah yang lurus akan menghasilkan spirit positif dari pemilik kebenaran sehingga apa yang didakwahkan akan terjaga dan keihklasan akan termurnikan . 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar