Kita muslim? Ya benar adanya. Warisan juga
memang tidak salah. Tetapi ketika sudah mengetahui seperti ini, tentu tidak
serta merta menerima semua itu begitu saja. Ketika kita mengaku muslim tentu
kita akan mencari ini dan itu, mengapa begini dan mengapa begitu. Dalam bab
pertama dalam buku “Komitmen Muslim Sejati” seseorang yang mengaku muslim tentu tidak
hanya cukup dilisannya saja tetapi juga harus mengislamkan aqidah, ibadah,
akhlak, keluarga, rumah tangga, kita juga harus mengalahkan nafsu, dan harus
juga meyakini bahwa masa depan adalah milik Islam.
Beraqidah, jelas aqidah yang lurus yang juga
memuat beragam konsekuensi diantaranya menyakini pencipta alam adalah Allah,
mengimani bahwa tidak ada yang diciptakan sia-sia, mengimani Nabi, Rasul, dan
kitab-kitab-Nya, meluruskan tujuan hidup untuk beribadah kepada-Nya, meyakini
balasan untuk orang mukmin adalah surga dan untuk orang kafir adalah neraka,
menanamkan dalam hati bahwa manusia melakukan kebaikan dan kejahatan dengan
ikhtiar dan kehendak-Nya, meyakini ketetapan syariat adalah hak Allah yang
tidak boleh dilanggar, mengetahui nama dan sifat Allah, bertafakur mengenai
ciptaan Allah, senantiasa menginternalisasikan bahwa sifat-sifat Allah berbeda
dari makhluk-Nya, senantiasa takut pada-Nya, mengingat-Nya, cinta, tawakal,
menggantungkan diri, bersyukur, menyadari pengawasan-Nya, dan selalu beristigfar
memohon ampun pada-Nya.
Perihal
ibadah tentu saja ibadah kita harus dijaga untuk selalu hidup, khusyuk,
menghadirkan hati, juga memperbanyak jumlahnya baik dalam hal ibadah sunnah
maupun wajib. Sedangkan dalam membina akhlaq islami kita tentu selalu menjaga
diri dari perkara yang masih abu-abu (syubhat), senantiasa menjaga pandangan
dan lidah, menjadi orang pemaaf, sabar, jujur, rendah hati, dermawan, pemurah,
menjaga rasa malu, menjauhi prasangka buruk kepada sesama, dan menjadi teladan
yang baik.
Berislam tentu tidak hanya untuk diri kita
sendiri tetapi kita harus juga mengislamkan lingkungan sekitar termasuk
keluarga dan rumah tangga kita. Dalam keluarga yang berbingkai pernikahan
terdapat tanggung jawab pernikahan meliputi sebelum pernikahan yakni niat
pernikahan yang harus dilaksanakan semata-mata karena Allah, hendaknya
tujuannya pernikahan karena Allah, memilih pendamping hidup, dan berhati-hati
jangan sampai melanggar perintah Allah dalam pernikahan, dan tentu takut kepada
murka dan hukum-Nya. Setelah pernikahan tentu tanggung jawab menjadi semakin
berat terutama dalam hidup bersama dan mendidik anak.
Indikator kelima yang harus dimiliki oleh
seorang muslim adalah mengalahkan hawa nafsunya sendiri, karena syetan tentu
tidak akan berhenti menggoda umat manusia hingga akhir kiamat. Untuk itu harus
senantiasa membentengi diri karena setan dari sepuluh pintu yang bisa saja
menggelincirkan kita kapan saja.
Dan tentu apabila telah memenuhi kelimanya
terpenuhi kita harus yakin bahwa masa depan adalah milik islam, karena islam
memiliki sistem terdepan dibandingkan dengan sistem buatan manusia yang
lainnya, karena islam memberi kemampuan untuk menampung segala problematika
kehidupan apalagi jika melihat kebobrokan sistem yang ada saat ini.
Pada bab dua pada buku ini kita diberikan
penjelasan bahwa setiap kita adalah aktivis untuk agama kita ini. Kita harus
hidup untuk Islam karena ada tiga golongan manusia yang hidup di dunia ini
yakni ia yang hidup untuk dunia, golongan yang tercampakkan dunia dan akhirat,
dan golongan yang dunia sebagai lahan bagi kehidupan akhirat. Semoga saja kita
termasuk pada golongan yang ketiga yang menghibahkan hidup untuk islam, dengan
mengetahui tujuan hidup, mengetahui nilai akhirat yang amat tinggi, menyadari
bahwa kematian pasti datang dan kita harus mengambil pelajaran darinya,
disamping itu kita juga harus mengetahui hakikat Islam dan jahiliah.
Semoga kita senantiasa teguh dalam
melaksanakan ajaran-ajaran islam, memiliki kepedulian terhadap kemaslahatan
Islam, bangga dengan kebenaran dan yakin kepada Allah, dan senantiasa konsisten
dalam memperjuangkan Islam agar kita digolongkan kepada orang-orang yang hidup
untuk Islam. Karena apa? Karena memperjuangkan Islam adalah prinsipil, wajib,
kebutuhan darurat, kewajiban individu maupun kolektif, dan yang lebih penting
bahwa barangsiapa yang berjihad, sesungguhnya ia berjihad untuk dirinya sendiri.
Kefahaman tentang misi, karakter, dan
perlengkapan juga sangat diperlukan bagi orang-orang yang mengaku dirinya
berafiliasi dengan Islam. Misi pergerakan Islam adalah menghambakan manusia
kepada Allah Swt. Sebagai pribadi maupun sebagai masyarakat, dengan
memperjuangkan tegaknya masyarakat Islam yang mengambil hukum-hukum dan
ajaran-ajaran dari Al-Quran dan Sunnah Rasul-Nya. Tentu misi global ini
ditunjang oleh banyak misi pada bidang-bidang kehidupan yang lainnya. Sementara
karakteristik dasar pergerakan Islam yakni merupakan pergerakan yang bercorak
ketuhanan, independen, progresif, komfrehensif, dan sebisa mungkin menjauhi
perselisihan fiqih. Untuk mewujudkan pergerakan ini tentu dibutuhkan
perlengkapan-perlengkapan untuk menunjangnya, diantaranya diperlukan
orang-orang yang memiliki keimanan yang mendalam, kuat, suci, dan kekal,
meyakini jalan yang ditempuh, meyakini persaudaraan serta hak-hak dan
kesakralannya, meyakini agung dan besarnya pahala, dan yang paling penting dia
meyakini diri mereka sendiri.
Poros-poros perjuangan Islam pun jangan sampai
dilupakan karena poros perjuangan Islam yang meliputi tiga hal sangat
menentukan kesuksesan Islam. Pertama kejelasan tujuan, kejelasan jalan, dan
komitmen terhadap jalan Rasul Saw. Juga harus diperhatikan persyaratan baiat
dan keanggotaan, bahwa kita mengutamakan kualitas bukan kualitas, mengetahui
baiat, ketaatan, dan hukumnya. Sementara
rukun-rukun baiat meliputi kefahaman, keikhlasan, amal, jihad, pengorbanan,
ketaatan, keteguhan, dedikasi, dan persaudaraan.
Perlu menjadi penekanan juga bahwa aktivis
Islam, Kita berjuang hanya karena Allah dan berjihad di jalan-Nya, bahwa
perjalanan ini panjang dan berat, serta bahwa surga itu dikelilingi oleh
berbagai hal yang tidak mengenakan sedangkan neraka dikelilingi dengan berbagai
kesenangan.
Jalan ini tidak mungkin mampu ditempuh oleh
manusia yang cengeng yang haya dengan embusan angin sepoi-sepoi pipinya
terluka dan hanya karena sentuhan sutra jari-jemarinya berdarah. Jalan ini
tidak mungkin mampu ditempuh oleh orang yang cemas akan masa depan rezeki dan
kehidupannya.
Jalan ini tidak mungkin mampu ditempuh oleh
orang yang hobinya bermain-main dan bersenang-senang, hatinya sempit, dan
kekuatannya keropos. Juga siapa saja yang tidak mampu bersabar terhadap siapa
saja yang tidak mampu bersabar terhadap satu perkataan, apalagi terhadap
celaan,. Juga orang yang bangga dengan pendapatnya sendiri, yaitu orang bodoh,
namun ia tidak tahu bahwa dirinya bodoh. Juga orang yang tidak mau menerima
keputusan bersama dan memegang pendapat jamaah.
Ia merupakan jalan untuk membersihkan dan
menyucikan diri, jalan kasih sayang dan kemuliaan, jalan kesabaran yang
panjang, jalan ketulusan dan kemuliaan, serta jalan kejujuran dan keikhlasan.
Jalna dengan karakteristik semacam ini tidak mungkin ada yang bisa bertahan
didalamnya selain orang-orang beriman yang hati mereka terikat dengan Allah,
orang-orang yang jiwa mereka memandang Allah Yang Maha Esa dan Ash Shamad
(Allah Tempat memohon).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar