A.
DESKRIPSI
TAMAN PINTAR
1.
Sejarah Taman Pintar
Taman Pintar merupakan obyek wisata
pendidikan keluarga di Kota Yogyakarta yang menawarkan wahana belajar sekaligus
rekreasi yang komplit untuk anak-anak, mulai dari usia pra sekolah hingga
tingkat sekolah menengah. Rentang usia kelompok sasaran ini dipilih karena
dipandang sebagai generasi penerus bangsa yang potensial untuk mengembangkan
ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek).
Di dalam taman yang digagas oleh Wali Kota
Yogyakarta, Herry Zudianto, SE.Akt, MM, dan dibangun di atas lahan seluas
12.000 meter persegi ini, terdapat enam zona dengan bermacam wahana bermain dan
belajar yang disertai alat peraga iptek. Begitu memasuki kawasan ini,
pengunjung dapat langsung menyaksikan dan mencoba hasil karya inovasi teknologi
dan permainan dari pelbagai wahana tersebut. Di Indonesia, terbentuknya taman
semacam ini diawali dengan berdirinya pusat peragaan iptek yang berlokasi di
Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta. Dari sinilah mulai berkembang pusat
peragaan iptek lainnya di kota-kota lain, termasuk Taman Pintar di Yogyakarta
dan Jawa Timur Park di Malang, selang puluhan tahun kemudian.
Pembangunan Taman Pintar dimulai sejak Mei
2006 dan diresmikan pada 9 Juni 2007 oleh Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta,
Sultan Hamengkubuwono X, bersama dua menteri, yakni Menteri Riset dan Teknologi
(Menristek), Kusmayanto Kadiman, P.hD. dan Menteri Pendidikan Nasional
(Mendiknas), Prof. Dr. Bambang Sudibyo, MBA. Taman ini memadukan secara serasi
konsep pendidikan dan konsep permainan sebagai sarana penyebaran informasi
tentang hiburan dan khazanah iptek. Pendekatan taman ini dalam menyampaikan
iptek dilakukan melalui berbagai media dengan tujuan meningkatkan apresiasi,
merangsang rasa ingin tahu, menumbuhkan kesadaran, dan memancing kreatifitas
anak-anak terhadap iptek.
Dengan pendekatan itulah taman ini memilih
maskot berupa “Burung Hantu Memakai Blangkon”. Burung Hantu dimaknai sebagai
burung malam yang mempunyai kepekaan tinggi, mampu mempelajari, dan mampu
merasakan kejadian alam yang ada di sekitarnya, sedangkan blangkon merupakan
pakaian adat Yogyakarta yang digunakan untuk menutup kepala laki-laki. Adapun moto
taman ini menggunakan landasan filosofis yang diadopsi dari ajaran Ki Hadjar
Dewantara, yakni 3N: Niteni (memahami/mengingat), Nirokake (menirukan),
dan Nambahi (mengembangkan). Dalam konteks masa kini,
filosofi tersebut menemukan relevansinya dengan proses transfer ilmu
pengetahuan dan teknologi yang mengacu pada konsep 3A, yaitu: Adopt, Adapt, dan Advance.
2.
Deskripsi Wilayah
Secara garis besar, materi isi taman ini
terbagi menurut kelompok usia dan penekanan materi. Untuk kelompok usia, dibagi
menurut tingkat pra sekolah, taman kanak-kanak, sekolah dasar, hingga sekolah
menengah, sedangkan untuk penekanan materinya, diwujudkan dalam bentuk
interaksi antara pengunjung dengan materi yang disampaikan melalui anjungan
yang ada, mulai dari anjungan permainan, anjungan pengenalan, anjungan materi
ilmu-ilmu dasar, hingga anjungan penerapan iptek. Format materinya disusun
dalam bentuk sub-sub tema dan zonasi ruang sebagai media penyampaian materi
yang terkandung.
Selain itu, model pembelajaran taman ini
secara umum dikonsep untuk meningkatkan mutu pendidikan di tengah kurangnya
minat baca masyarakat, khususnya anak-anak. Dengan model alat peraga, misalnya,
pengunjung anak-anak akan lebih tertarik untuk mengembangkan kecerdasannya dan
dapat menyelesaikan berbagai masalah dengan daya pikirnya sendiri. Orangtua
dituntut perannya untuk memilih wahana permainan dan pembelajaran yang pas
dengan usia anak. Jangan sampai perkembangan anak dipaksakan untuk bermain dan
mengerjakan alat peraga iptek yang tidak seharusnya dikerjakan.
Di dalam taman yang dibangun dengan biaya
Rp 53 milyar ini terdapat enam zona yang disesuaikan dengan sub-sub tema materi
isi, antara lain Playground area, Gedung PAUD barat dan PAUD
timur, Gedung Oval lantai 1, Gedung Oval lantai 2, Gedung Kotak lantai 2, dan
Gedung Memorabilia. Pada masing-masing zona memiliki berbagai wahana unggulan,
antara lain Taman Bermain, Penjelajah Kecil, Petualangan Lingkungan, Titian
Penemuan, Titian Sains, Jembatan Sains, Indonesiaku, Teknologi Canggih, dan
Teknologi Populer. Masing-masing wahana memiliki luas dan arsitektur bangunan
yang mirip, tapi dari segi materi mempunyai karakteristik yang berbeda-beda.
Pengunjung pun akan merasakan kemiripan sekaligus perbedaannya ketika memasuki
masing-masing wahana taman ini.
Wahana Taman Bermain, misalnya, selain
dapat digunakan sebagai ruang tunggu dan ruang publik bagi pengunjung, juga
dapat digunakan sebagai area bermain anak-anak guna menumbuhkan kecerdasan dan
keterampilan. Anak-anak bisa belajar sains dengan gembira. Sebut saja,
permainan cakram warna, permainan air, dan dinding berdendang. Di tiga area
permainan ini, anak-anak dapat belajar tentang munculnya warna, terjadinya
pelangi, dan sumber bunyi. Bahkan di beberapa jalan setapak, ada telapak kaki
raksasa dengan pertanyaan-pertanyaan sains menggoda, seperti mengapa ceret
mengeluarkan bunyi jika air mendidih. Sedangkan pada wahana Petualangan Lingkungan, pengunjung akan disuguhi anjungan akuarium air
tawar, hutan buatan, simulasi gempa, dan simulasi tsunami. Area ini bertujuan
memperkenalkan sains dan membentuk kepedulian terhadap lingkungan dengan
penekanan pada keseimbangan lingkungan.
Selain itu, pada
wahana Titian Penemuan, pengunjung dapat mengetahui aneka penemuan (mulai dari penemuan roda, lampu, telpon, sampai
listrik), penciptaan, perkembangan sains,
dan implikasinya terhadap peradaban umat manusia. Wahana ini memiliki dua
bagian, yaitu Sejarah Sains dan Penemu Besar Dunia. Bagian Sejarah Sains
memaparkan perkembangan peradaban manusia seiring dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Sedangkan pada bagian Penemu Besar Dunia menyajikan
para penemu teknologi besar dunia, sejak zaman Yunani kuno hingga abad ke-20.
Kedua bagian yang penyajiannya disusun secara historis ini bertujuan
memperkenalkan keterkaitan penemuan terdahulu dengan perkembangan teknologi
saat ini.
Wahana lainnya adalah
Titian Sains yang memperkenalkan pembelajaran dengan metode ilmiah. Wahana ini
memiliki dua bagian untuk anak-anak yang berminat pada penelitian, yaitu
anjungan duga-duga yang memaparkan urutan langkah-langkah dalam metode
penelitian dan anjungan penggalian fosil yang merupakan contoh konkret dari
langkah-langkah penelitian tersebut. Selain itu, di Taman Pintar ini juga
terdapat wahana Jembatan Sains untuk memperkenalkan ilmu-ilmu dasar seperti
matematika, fisika, kimia, dan biologi dengan penekanan pada penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari. Model penyampaiannya pun dilakukan secara interaktif
sehingga dapat meningkatkan apresiasi pengunjung terhadap sains.
Guna memperkenalkan
khazanah budaya Indonesia secara geografis, di Taman Pintar telah terdapat
wahana Indonesiaku yang terdiri atas tiga bagian
yaitu, Kekayaan Alam Indonesia, Warisan leluhur, dan Teknologi Indonesia Modern.
Penekanan yang diharapkan dari wahana ini adalah rasa bangga sebagai orang
Indonesia dan keinginan untuk berkreasi di bidang iptek untuk kemajuan bangsa
dan negara.
Sementara dalam
wahana Teknologi Populer, pengunjung dapat mengenal teknologi yang sering digunakan
masyarakat luas dari sudut pandang ilmu pengetahuan, sehingga mempunyai
apresiasi untuk mengembangkan teknologi yang telah ada. Sedangkan dalam wahana
Teknologi Canggih, pengunjung diajak bermain-main dengan imajinasi dalam
penerapan teknologi di masa depan.
Jadwal Buka
·
Selasa - Jumat pk 09.00 -16.00 WIB
·
Sabtu - Minggu pk 08.30 - 20.00 WIB
·
Senin tutup (kecuali hari libur nasional dan musim
liburan sekolah)
Harga Tiket
·
Playground: gratis
·
Gedung PAUD: Rp 500 / anak (2-7 tahun)
·
Gedung Oval & Kotak: Rp. 5.000 / anak, Rp. 15.000
/ dewasa
·
Gedung Memorabilia: Rp. 1.000 / anak, Rp. 2.000 /
dewasa
·
Teater 3D: Rp. 15.000 / orang
·
Bagi pengunjung rombongan disarankan untuk melakukan
reservasi secara tertulis ke pihak pengelola tiga hari sebelum kunjungan.
Taman
Pintar berlokasi di jantung Kota Yogyakarta, tepatnya di Jalan Panembahan
Senopati No. 3, Yogyakarta, Indonesia. Lokasi taman ini sebelumnya merupakan
lokasi Shooping Center yang kini direlokasi ke sebelah
utara taman ini, bersebelahan dengan Taman Budaya Yogyakarta, Gedung Societet
Militair, dan Pasar Beringharjo. Di sebelah selatan taman ini terdapat Bank
Indonesia Cabang Yogyakarta, Kantor Pos Besar Yogyakarta, dan Keraton
Yogyakarta. Di sebelah timurnya terdapat Pos Polisi, sedangkan di sebelah baratnya
terdapat Monumen Serangan Umum 1 Maret, Benteng Vredeburg, Gedung Agung, dan Jalan
Malioboro
Akses
menuju Taman Pintar tidak terlalu sulit karena letaknya persis di pinggir utara
Jalan Panembahan Senopati No. 3. Di samping itu, taman ini juga relatif dekat
dari Bandara Adi Sucipto (sekitar 8 km), dari Terminal Giwangan (sekitar 6 km),
dari Stasiun Lempuyangan (sekitar 3 km), dan dari Stasiun Tugu (sekitar 2 km).
Bagi
turis domestik atau mancanegara yang berangkat dari Bandara Adi Sucipto dapat
menggunakan Bus Trans-Jogja [trayek 3A atau 3B] melewati Jalan Malioboro.
Setelah sekitar 25 menit dan membayar ongkos sekitar Rp 3.000, wisatawan dapat
turun di depan Taman Pintar. Sedangkan wisatawan yang berangkat dari Terminal
Giwangan dapat menggunakan bus kota jalur 4 atau 10 melewati Jalan Malioboro,
kemudian turun di depan Benteng Vredeburg dengan membayar ongkos sekitar Rp 2.500.
Dari Benteng Vredeburg, pewisata dapat berjalan kaki ke arah timur menuju Taman
Pintar. Bagi wisatawan yang berangkat dari Stasiun Tugu dapat menggunakan becak
atau andong menuju taman ini dengan membayar ongkos kurang lebih sebesar Rp
10.000. Sedangkan wisatawan yang berangkat dari Stasiun Lempuyangan dapat
menggunakan taksi menuju taman ini dengan membayar ongkos kurang lebih sebesar
Rp 20.000.
Taman
Pintar bukan hanya sebuah taman yang menyajikan permainan untuk anak-anak,
melainkan juga merupakan sebuah tempat di mana banyak kegiatan dihidupkan. Hal
ini terlihat dari banyaknya jadwal kegiatan yang tersusun rapi untuk
dilaksanakan secara profesional. Wisatawan dapat mengunjungi kantor pengelola
jika ingin mengetahui agenda kegiatan yang terjadwal di papan informasi. Agenda
kegiatan tersebut antara lain, pentas seni, seperti pentas tari dan pentas
musik, dan aneka lomba, seperti lomba menggambar dan lomba mengarang untuk
anak-anak.
Fasilitas
pendukung yang terdapat di taman ini adalah laboratorium, perpustakaan,
mushola, toilet, ruang pertunjukkan (indoor dan outdoor), ruang pertemuan, toko
suvenir, toko buku, dan halaman parkir yang luas.
B.
FAKTOR
PENARIK TAMAN PINTAR SEBAGAI DAERAH TUJUAN WISATA
1. Letaknya
yang Sangat Strategis dan Mudah Sekali Dijangkau
Taman Pintar berlokasi di jantung Kota Yogyakarta, tepatnya
di Jalan Panembahan Senopati No. 3, Yogyakarta, Indonesia. Lokasi taman ini
sebelumnya merupakan lokasi Shooping Center yang kini direlokasi ke sebelah utara taman ini, bersebelahan
dengan Taman Budaya Yogyakarta, Gedung Societet Militair, dan Pasar
Beringharjo. Di sebelah selatan taman ini terdapat Bank Indonesia Cabang
Yogyakarta, Kantor Pos Besar Yogyakarta, dan Keraton Yogyakarta. Di sebelah
timurnya terdapat Pos Polisi, sedangkan di sebelah baratnya terdapat Monumen
Serangan Umum 1 Maret, Benteng Vredeburg, Gedung Agung, dan Jalan
Malioboro
Akses menuju Taman Pintar tidak terlalu sulit karena
letaknya persis di pinggir utara Jalan Panembahan Senopati No. 3. Di samping
itu, taman ini juga relatif dekat dari Bandara Adi Sucipto (sekitar 8 km), dari
Terminal Giwangan (sekitar 6 km), dari Stasiun Lempuyangan (sekitar 3 km), dan
dari Stasiun Tugu (sekitar 2 km).
Bagi turis domestik atau mancanegara yang berangkat
dari Bandara Adi Sucipto dapat menggunakan Bus Trans-Jogja [trayek 3A atau 3B]
melewati Jalan Malioboro. Setelah sekitar 25 menit dan membayar ongkos sekitar
Rp 3.000, wisatawan dapat turun di depan Taman Pintar. Sedangkan wisatawan yang
berangkat dari Terminal Giwangan dapat menggunakan bus kota jalur 4 atau 10
melewati Jalan Malioboro, kemudian turun di depan Benteng Vredeburg dengan
membayar ongkos sekitar Rp 2.500. Dari Benteng Vredeburg, pewisata dapat
berjalan kaki ke arah timur menuju Taman Pintar. Bagi wisatawan yang berangkat
dari Stasiun Tugu dapat menggunakan becak atau andong menuju taman ini dengan
membayar ongkos kurang lebih sebesar Rp 10.000. Sedangkan wisatawan yang
berangkat dari Stasiun Lempuyangan dapat menggunakan taksi menuju taman ini
dengan membayar ongkos kurang lebih sebesar Rp 20.000.
2.
Memiliki Nilai Edukasi yang Tinggi
Secara
garis besar, materi isi taman ini terbagi menurut kelompok usia dan penekanan
materi. Untuk kelompok usia, dibagi menurut tingkat pra sekolah, taman
kanak-kanak, sekolah dasar, hingga sekolah menengah, sedangkan untuk penekanan
materinya, diwujudkan dalam bentuk interaksi antara pengunjung dengan materi
yang disampaikan melalui anjungan yang ada, mulai dari anjungan permainan,
anjungan pengenalan, anjungan materi ilmu-ilmu dasar, hingga anjungan penerapan
iptek. Format materinya disusun dalam bentuk sub-sub tema dan zonasi ruang
sebagai media penyampaian materi yang terkandung.
Disini
anak-anak bukan hanya dapat bermain secara menyenangkan, namun juga sambil
belajar dan tentu menyenangkan. Beragam wahana dibuat semenarik mungkin
sehingga anak-anak secara tidak sadar sedang menjalankan proses pendidikan yang
sangat positif bagi perkembangan mental dan fisiknya.
3. Tempat
Wisata yang Menarik
Semua keluarga dapat menikmati taman wisata ini. Dari mulai anak-anak,
remaja hingga orang tua. Tempatnya yang berwarna-warni menambah kesemarakan
taman yang penuh wahana edukasi ini. Beragam wahana yang ada disini pun menjadi
daya tarik tersendiri seperti adanya Playground area, Gedung PAUD barat dan PAUD
timur, Gedung Oval lantai 1, Gedung Oval lantai 2, Gedung Kotak lantai 2, dan
Gedung Memorabilia. Pada masing-masing zona memiliki berbagai wahana unggulan,
antara lain Taman Bermain, Penjelajah Kecil, Petualangan Lingkungan, Titian
Penemuan, Titian Sains, Jembatan Sains, Indonesiaku, Teknologi Canggih, dan
Teknologi Populer.
4. Lingkungan
yang Bersih
Banyak yang
berkunjung ke Taman Pintar ini mengaku karena nyaman berada di dalamnya.
Pengunjung merasakan kenyamanan tentu karena kebersihan lingkungan yyang
senantiasa dijaga baik oleh pengunjung maupun pengelola. Ketika kami melakukan
observasi hampir tidak terlihat sampah berserakan, hanya bisa dijumpai beberapa
daun kering yang berguguran secara alami, itupun sangat sedikit jumlahnya.
Kebersihan di sini juga dikarenakan telah diupayakannya pengelolaan sampah
secara benar, terbukti dengan adanya bak kompos sampah yang besar, namun tidak
menunjukan bahwa itu bak kompos karena dibuat sedemikian rupa agak menarik dan
tidak terlihat kotor dengan berbentuk stawberri.
5. Harga Tiket
Masuk Terjangkau
Biaya yang
dikeluarkan pun sangat murah, jika hanya ingin berjalan-jalan di areal Playground pengunjung tidak perlu mengeluarkan biaya
sepeserpun, sedangkan jika ingin masuk ke wahana lain jelas ada tambahan biaya.
Misalnya ketika pengunjung ingin
memasuki Gedung PAUD pengunjung dikenai biaya : Rp 500/anak bagi anak
yang berusia 2-7 tahun, biaya masuk Gedung Oval & Kotak: Rp. 5.000 / anak,
Rp. 15.000 / dewasa, sedangkan Gedung Memorabilia: Rp. 1.000 / anak, Rp. 2.000
/ dewasa, dan Teater 3D: Rp. 15.000 / orang.
C.
PROSES
INTERAKSI DI LINGKUNGAN TAMAN PINTAR
Semenjak dibangun pada
tahun 2008, Taman Pintar membuktikan kemajuan yang baik bagi masyarakat
Yogyakarta. Lokasinya yang berdekatan dengan tempat wisata Benteng Vredeberg
dan kompleks toko buku shopping, membuat lokasi ini mudah diterima masyarakat.
Tempat wisata ini bertujuan sebagai taman yang membuat anak-anak menjadi
pintar. Taman bermain yang disediakan bisa dinikmati tanpa harus membayar
karcis. Keberadaan Taman ini juga memberi keberuntungan bagi para penjual buku,
karena selain bermain di taman pintar, wisatawan dapat langsung melihat ataupun
membeli buku di kompleks toko buku shopping. Keberadaan ini dapat dimengerti
dengan teori interaksi, dimana tidak terjadi konflik yang memberatkan saat
dibangunnya tempat ini. Masyarakatpun dapat menerima dengan baik, karena Taman
Pintar memberikan manfaat yang baik bagi pengunjung, terutama anak-anak. Semua
wahana yang disediakan di taman ini berbasis pada ilmu pengetahuan. Selain
berpengaruh positif bagi wisatawan, Taman Pintar juga memberi pengaruh positif
bagi mahasiswa. Pada setiap akhir tahun, taman pintar selalu membuka lowongan
part-time bagi mahasiswa, waktu bekerja-pun di sesuaikan dengan jadwal kuliah
mahasiswa.
Pada dasarnya interaksi
tidak hanya terjadi pada pada pengunjung dengan pengunjung lainnya tetapi juga
terjadi antar objek wisatanya. Apalagi mengingat Yogyakarta sebagai tempat
tujuan wisata keterkaitan antar objek sangatlah erat, beberapa pengunjung tidak
sengaja ke Taman Pintar tetapi karena telah berkunjung ke objek lain Taman Sari
atau Shopping misalnya. Keterkaitan antar objek yang sangat erat kaitannya
adalah antara shopping dan Taman Pintar, Shopping memang bagian dari Taman
Pintar sehingga pengunjung yang berkunjung ke Shopping seringkali menyempatkan
diri berkunjung ke Taman Pintar, begitu pula sebaliknya.
1.
Mereka berhubungan sementara (transitory
relationship), sehingga tidak ada hubungan yang mendalam. Hubungan yang
bersifat sementara dan tidak berulang, sering menyebabkan mereka yang
berhubungan tidak memikirkan dampak di masa yang akan datang, sehingga jarang memunculkan
rasa saling percaya. Akibat lebih jauh, masing-masing pihak mempunyai potensi
untuk memeras dan saling membohongi. Begitu pula di obyek wisata ini
orang-orang lebih banyak berkunjung ke dalam gedung oval atau mengajak putra
dan putrinya bermain di playground area dibandingkan dengan berinteraksi dengan
pengunjung lain kerena pada dasarnya mereka hanya ingin menikmati wahana yang
lain tanpa memperdulikan wisatawan lain yang datang.
2.
Ada Kendala ruang dan waktu yang menghambat hubungan.
Wisatawan umumnya berkunjung secara musiman dan tidak berulang. Apalagi
kenyataan bahwa fasilitas pariwisata umumnya hanya terkonsentrasi pada
tempat-tempat tertentu, maka wisatawan hanya berhubungan secara intensif dengan
sebagian anggota masyarakat yang secara langsung berhubungan dengan pelayanan
terhadap wisatawan, sedangkan masyarakat yang jauh dari fasilitas pariwisata
berhubungan dengan wisatawan secara kurang intensif. Jadi yang banyak
berinteraksi dengan pengunjung Taman Pintar hanyalah yang memang berada di lingkungan
Taman Pintar itu sendiri seperti pelayan di wahana, pedagang, petugas parkir,
sedangkan dengan masyarakat lainnya tidak terjadi interaksi yang intens.
3.
Dalam Mass Tourism, tidak ada hubungan yang bersifat
spontan antara wisatawan dengan masyarakat lokal, melainkan sebagian besar
diatur dalam paket wisata yang ditangani oleh usaha pariwisata dengan jadwal
yang ketat. Kegiatan pariwisata adalah kegiatan ekonomi, yang berarti bahwa
masyarakat lokal bekerja pada pariwisata adalah untuk kepentingan ekonomi atau
mendapatkan penghidupan. Dengan demikian interaksi yang terjadi antara
wisatawan dengan masyarakat lokal lebih banyak bersifat transaksi ekonomi.
Hubungan yang semula didasarkan atas keramahan-tamahan tradisional, dalam
pariwisata telah berubah menjadi keramah-tamahan yang dikomersialkan. Para
pedagang cenderung ramah karena ada harapan bahwa dagangannya akan dibeli oleh
pengunjung, selebihnya bila terlihat bahwa pengunjung tidak akan membeli
keramah-tamahan para pedagang cenderung hilang. Begitu juga dengan pengelola
mereka ramah karena memang tugas yang mengharuskan mereka bersikap seperti itu.
4.
Hubungan atau interaksi umumnya bersifat tidak setara,
pada umumnya masyarakat lokal merasa inferior. Wisatawan lebih kaya, lebih
berpendidikan, dan dalam suasana berlibur, sedangkan masyarakat lokal dalam
suasana melakukan pekerjaan, penuh kewajiban, dan mengharapkan uang wisatawan.
Posisi yang tidak seimbang ini menyebabkan terjadinya hubungan ekploitatif,
atau inferior-superior. ( I Gde Pitana dan Putu G. Gyatri , 2005 : 81-82).
Pada hubungan ini kita yang posisinya sebagai wisatawan terkadang memperlakukan
pedagang misalnya dengan kurang baik, menawar makanan dengan harga yang tidak
seharusnya atau melakukan hal-hal lain yang para wisatawan merasa bahwa itu
merupakan haknya.
Orang berwisata karena adanya
keinginan untuk mengetahui apa yang ada atau apa yang belum ia ketahuai di
objek wisatanya itu. Seperti halnya dengan Taman Pintar, wisata edukasi yang
menawargam beragam penawaran unik ini memberikan pengalaman terutama pengalaman
pendidikan yang boleh jadi tidak ada di tempat atau objek wisata lain.
Ketika mengunjungi sebuah objek
wisata tentu masyarakat pendatang itu berinteraksi dengan masyarakat asli baik
yang merupakan pengelola objek wisata ataupun pedagang, tukang parkir dan
elemen lain yang selalu ada pada suatu objek wisata. Masyarakat itu
berinteraksi dengan masyarakat sekitar dengan beragam proses interaksi tentu
akan ada dampak baik, maupun dampak negatifnya.
D.
FUNGSI
DAERAH TUJUAN WISATA TAMAN PINTAR
Setiap daerah wisata tentu memiliki
tujuan ketika proses pembangunan. Demikian juga dengan Taman Pintar. Fungsi
dari Taman Pintar sudah jelas yakni memberikan suasana yang yaman bagi anak
sebagai proses bermain dan belajar. Taman pintar ini juga bisa dijadikan
pilihan yang sangat representatif bagi liburan keluarga karena cocok untuk
segala usia.
Adapun pariwisata Taman Pintar
memiliki beberapa fungsi yang dimilikinya, antara lain:
1. Fungsi
Rekreatif
Fungsi ini
dimiliki Taman Pintar karena pada dasaranya memang dipergunakan untuk rekreasi,
baik bagi anak-anak, remaja, dewasa, bahkan untuk segala jenis usia. Tempat ini
memiliki banyak wahana yang menghibur misalnya saja Taman Menari yang digunakan
anak-anak sebagai tempat bermain air.
2. Fungsi
Edukatif
Fungsi edukatif sangat besar
porsinya juga disini karena sesuai dengan tujuan dibangunnya Taman Pintar
yakni memberikan wahana yang rekreatif
namun juga edukatif yang dapat membantu mengembangkan dan menambah khasanah
pengetahuan pengunjung. Fungsi edukatif yang menonjol disini memang dalam
bidang ilmu pengetahuan alam, naum terdapat pengetahuan tentang antariksa,
astronomi, sejarah, bahkan pendidikan karakterpun diterapakan disini. Dimana
ada beragam tulisan yang mengingatkan pada kita bahwa tidak boleh menginjak
rumput yang berarti kita harus menghargai makhluk hidup ciptaan Tuhan.
E.
DAMPAK
SOSIAL, BUDAYA, DAN EKONOMI TAMAN PINTAR
Segala sesuatu baik itu hal yang
positif maupun hal yang negatif tentu akan menghasilkan dampak. Begitu pula
dengan adanya obyek wisata Taman Pintar. Beragam wahana edukatif tersedia,
namun bukan berarti tidak ada dampak negatif mengiringi objek wisata ini.
Adapun beberapa dampak sosial,
budaya, dan ekonomi adanya objek wisata Taman Pintar adalah:
1. Memberikan
wahana bermain sekaligus belajar yang representatif bagi anak.
2. Menjadikan
pilihan objek wisata keluarga yang bermanfaat.
3. Memberikan
pilihan tempat belajar yang menarik bagi para pendidik, karena disini anak-anak
akan disuguhi kanekaragam permaian yang menambah khasanah pengetahuan.
4. Taman Pintar
juga bisa dijadikan sebagai tujuan wisata yang potensial untuk para wisatawan
khususnya pelajar.
5. Menambah
pilihan mata pencaharian bagi penduduk sekitarnya dengan menjadi pedagang,
petugas parkir, maupun petugas kebersihan.
6. Menambah
pendapatan kota Yogyakarta dari kunjungan pariwisata baik yang wisatawan asing
maupun wisatawan mancanegara.
7. Taman pintar
juga dapat digunakan sebagai wahana pembelajaran pendidikan karakter yang kini
banyak digembar-gemborkan.
8. Selain
dampak positif terkadang persaingan antar pedagang, atau pengelola juga
menimbulkan gesekan-gesakan tersendiri di objek wisata tersebut.
taman pintar kalo dari artikel yang dibaca berarti sama aja kek outbond yh?
BalasHapusoutbond juga melatih ketangkasan sekaligus bermain.^^
Mesin|Digital|Printing|Plotter|Eco Solvent|X Banner|Supplier