Senin, 26 November 2012

Analisis Fenomena Sosial di Taman Pintar



A.    DESKRIPSI TAMAN PINTAR
1.      Sejarah Taman Pintar
Taman Pintar merupakan obyek wisata pendidikan keluarga di Kota Yogyakarta yang menawarkan wahana belajar sekaligus rekreasi yang komplit untuk anak-anak, mulai dari usia pra sekolah hingga tingkat sekolah menengah. Rentang usia kelompok sasaran ini dipilih karena dipandang sebagai generasi penerus bangsa yang potensial untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek).
Di dalam taman yang digagas oleh Wali Kota Yogyakarta, Herry Zudianto, SE.Akt, MM, dan dibangun di atas lahan seluas 12.000 meter persegi ini, terdapat enam zona dengan bermacam wahana bermain dan belajar yang disertai alat peraga iptek. Begitu memasuki kawasan ini, pengunjung dapat langsung menyaksikan dan mencoba hasil karya inovasi teknologi dan permainan dari pelbagai wahana tersebut. Di Indonesia, terbentuknya taman semacam ini diawali dengan berdirinya pusat peragaan iptek yang berlokasi di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta. Dari sinilah mulai berkembang pusat peragaan iptek lainnya di kota-kota lain, termasuk Taman Pintar di Yogyakarta dan Jawa Timur Park di Malang, selang puluhan tahun kemudian.
Pembangunan Taman Pintar dimulai sejak Mei 2006 dan diresmikan pada 9 Juni 2007 oleh Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sultan Hamengkubuwono X, bersama dua menteri, yakni Menteri Riset dan Teknologi (Menristek), Kusmayanto Kadiman, P.hD. dan Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas), Prof. Dr. Bambang Sudibyo, MBA. Taman ini memadukan secara serasi konsep pendidikan dan konsep permainan sebagai sarana penyebaran informasi tentang hiburan dan khazanah iptek. Pendekatan taman ini dalam menyampaikan iptek dilakukan melalui berbagai media dengan tujuan meningkatkan apresiasi, merangsang rasa ingin tahu, menumbuhkan kesadaran, dan memancing kreatifitas anak-anak terhadap iptek.
Dengan pendekatan itulah taman ini memilih maskot berupa “Burung Hantu Memakai Blangkon”. Burung Hantu dimaknai sebagai burung malam yang mempunyai kepekaan tinggi, mampu mempelajari, dan mampu merasakan kejadian alam yang ada di sekitarnya, sedangkan blangkon merupakan pakaian adat Yogyakarta yang digunakan untuk menutup kepala laki-laki. Adapun moto taman ini menggunakan landasan filosofis yang diadopsi dari ajaran Ki Hadjar Dewantara, yakni 3N: Niteni (memahami/mengingat), Nirokake (menirukan), dan Nambahi (mengembangkan). Dalam konteks masa kini, filosofi tersebut menemukan relevansinya dengan proses transfer ilmu pengetahuan dan teknologi yang mengacu pada konsep 3A, yaitu: Adopt, Adapt, dan Advance.

2.      Deskripsi Wilayah
Secara garis besar, materi isi taman ini terbagi menurut kelompok usia dan penekanan materi. Untuk kelompok usia, dibagi menurut tingkat pra sekolah, taman kanak-kanak, sekolah dasar, hingga sekolah menengah, sedangkan untuk penekanan materinya, diwujudkan dalam bentuk interaksi antara pengunjung dengan materi yang disampaikan melalui anjungan yang ada, mulai dari anjungan permainan, anjungan pengenalan, anjungan materi ilmu-ilmu dasar, hingga anjungan penerapan iptek. Format materinya disusun dalam bentuk sub-sub tema dan zonasi ruang sebagai media penyampaian materi yang terkandung.
Selain itu, model pembelajaran taman ini secara umum dikonsep untuk meningkatkan mutu pendidikan di tengah kurangnya minat baca masyarakat, khususnya anak-anak. Dengan model alat peraga, misalnya, pengunjung anak-anak akan lebih tertarik untuk mengembangkan kecerdasannya dan dapat menyelesaikan berbagai masalah dengan daya pikirnya sendiri. Orangtua dituntut perannya untuk memilih wahana permainan dan pembelajaran yang pas dengan usia anak. Jangan sampai perkembangan anak dipaksakan untuk bermain dan mengerjakan alat peraga iptek yang tidak seharusnya dikerjakan.
Di dalam taman yang dibangun dengan biaya Rp 53 milyar ini terdapat enam zona yang disesuaikan dengan sub-sub tema materi isi, antara lain Playground area, Gedung PAUD barat dan PAUD timur, Gedung Oval lantai 1, Gedung Oval lantai 2, Gedung Kotak lantai 2, dan Gedung Memorabilia. Pada masing-masing zona memiliki berbagai wahana unggulan, antara lain Taman Bermain, Penjelajah Kecil, Petualangan Lingkungan, Titian Penemuan, Titian Sains, Jembatan Sains, Indonesiaku, Teknologi Canggih, dan Teknologi Populer. Masing-masing wahana memiliki luas dan arsitektur bangunan yang mirip, tapi dari segi materi mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Pengunjung pun akan merasakan kemiripan sekaligus perbedaannya ketika memasuki masing-masing wahana taman ini.
Wahana Taman Bermain, misalnya, selain dapat digunakan sebagai ruang tunggu dan ruang publik bagi pengunjung, juga dapat digunakan sebagai area bermain anak-anak guna menumbuhkan kecerdasan dan keterampilan. Anak-anak bisa belajar sains dengan gembira. Sebut saja, permainan cakram warna, permainan air, dan dinding berdendang. Di tiga area permainan ini, anak-anak dapat belajar tentang munculnya warna, terjadinya pelangi, dan sumber bunyi. Bahkan di beberapa jalan setapak, ada telapak kaki raksasa dengan pertanyaan-pertanyaan sains menggoda, seperti mengapa ceret mengeluarkan bunyi jika air mendidih. Sedangkan pada wahana Petualangan Lingkungan, pengunjung akan disuguhi anjungan akuarium air tawar, hutan buatan, simulasi gempa, dan simulasi tsunami. Area ini bertujuan memperkenalkan sains dan membentuk kepedulian terhadap lingkungan dengan penekanan pada keseimbangan lingkungan.
Selain itu, pada wahana Titian Penemuan, pengunjung dapat mengetahui aneka penemuan (mulai dari penemuan roda, lampu, telpon, sampai listrik), penciptaan, perkembangan sains, dan implikasinya terhadap peradaban umat manusia. Wahana ini memiliki dua bagian, yaitu Sejarah Sains dan Penemu Besar Dunia. Bagian Sejarah Sains memaparkan perkembangan peradaban manusia seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan pada bagian Penemu Besar Dunia menyajikan para penemu teknologi besar dunia, sejak zaman Yunani kuno hingga abad ke-20. Kedua bagian yang penyajiannya disusun secara historis ini bertujuan memperkenalkan keterkaitan penemuan terdahulu dengan perkembangan teknologi saat ini.
Wahana lainnya adalah Titian Sains yang memperkenalkan pembelajaran dengan metode ilmiah. Wahana ini memiliki dua bagian untuk anak-anak yang berminat pada penelitian, yaitu anjungan duga-duga yang memaparkan urutan langkah-langkah dalam metode penelitian dan anjungan penggalian fosil yang merupakan contoh konkret dari langkah-langkah penelitian tersebut. Selain itu, di Taman Pintar ini juga terdapat wahana Jembatan Sains untuk memperkenalkan ilmu-ilmu dasar seperti matematika, fisika, kimia, dan biologi dengan penekanan pada penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Model penyampaiannya pun dilakukan secara interaktif sehingga dapat meningkatkan apresiasi pengunjung terhadap sains.
Guna memperkenalkan khazanah budaya Indonesia secara geografis, di Taman Pintar telah terdapat wahana Indonesiaku yang terdiri atas tiga bagian yaitu, Kekayaan Alam Indonesia, Warisan leluhur, dan Teknologi Indonesia Modern. Penekanan yang diharapkan dari wahana ini adalah rasa bangga sebagai orang Indonesia dan keinginan untuk berkreasi di bidang iptek untuk kemajuan bangsa dan negara.
Sementara dalam wahana Teknologi Populer, pengunjung dapat mengenal teknologi yang sering digunakan masyarakat luas dari sudut pandang ilmu pengetahuan, sehingga mempunyai apresiasi untuk mengembangkan teknologi yang telah ada. Sedangkan dalam wahana Teknologi Canggih, pengunjung diajak bermain-main dengan imajinasi dalam penerapan teknologi di masa depan.
Jadwal Buka
·         Selasa - Jumat pk 09.00 -16.00 WIB
·         Sabtu - Minggu pk 08.30 - 20.00 WIB
·         Senin tutup (kecuali hari libur nasional dan musim liburan sekolah)

Harga Tiket
·         Playground: gratis
·         Gedung PAUD: Rp 500 / anak (2-7 tahun)
·         Gedung Oval & Kotak: Rp. 5.000 / anak, Rp. 15.000 / dewasa
·         Gedung Memorabilia: Rp. 1.000 / anak, Rp. 2.000 / dewasa
·         Teater 3D: Rp. 15.000 / orang
·         Bagi pengunjung rombongan disarankan untuk melakukan reservasi secara tertulis ke pihak pengelola tiga hari sebelum kunjungan.
Taman Pintar berlokasi di jantung Kota Yogyakarta, tepatnya di Jalan Panembahan Senopati No. 3, Yogyakarta, Indonesia. Lokasi taman ini sebelumnya merupakan lokasi Shooping Center yang kini direlokasi ke sebelah utara taman ini, bersebelahan dengan Taman Budaya Yogyakarta, Gedung Societet Militair, dan Pasar Beringharjo. Di sebelah selatan taman ini terdapat Bank Indonesia Cabang Yogyakarta, Kantor Pos Besar Yogyakarta, dan Keraton Yogyakarta. Di sebelah timurnya terdapat Pos Polisi, sedangkan di sebelah baratnya terdapat Monumen Serangan Umum 1 Maret, Benteng Vredeburg, Gedung Agung, dan Jalan Malioboro
Akses menuju Taman Pintar tidak terlalu sulit karena letaknya persis di pinggir utara Jalan Panembahan Senopati No. 3. Di samping itu, taman ini juga relatif dekat dari Bandara Adi Sucipto (sekitar 8 km), dari Terminal Giwangan (sekitar 6 km), dari Stasiun Lempuyangan (sekitar 3 km), dan dari Stasiun Tugu (sekitar 2 km).
Bagi turis domestik atau mancanegara yang berangkat dari Bandara Adi Sucipto dapat menggunakan Bus Trans-Jogja [trayek 3A atau 3B] melewati Jalan Malioboro. Setelah sekitar 25 menit dan membayar ongkos sekitar Rp 3.000, wisatawan dapat turun di depan Taman Pintar. Sedangkan wisatawan yang berangkat dari Terminal Giwangan dapat menggunakan bus kota jalur 4 atau 10 melewati Jalan Malioboro, kemudian turun di depan Benteng Vredeburg dengan membayar ongkos sekitar Rp 2.500. Dari Benteng Vredeburg, pewisata dapat berjalan kaki ke arah timur menuju Taman Pintar. Bagi wisatawan yang berangkat dari Stasiun Tugu dapat menggunakan becak atau andong menuju taman ini dengan membayar ongkos kurang lebih sebesar Rp 10.000. Sedangkan wisatawan yang berangkat dari Stasiun Lempuyangan dapat menggunakan taksi menuju taman ini dengan membayar ongkos kurang lebih sebesar Rp 20.000.
Taman Pintar bukan hanya sebuah taman yang menyajikan permainan untuk anak-anak, melainkan juga merupakan sebuah tempat di mana banyak kegiatan dihidupkan. Hal ini terlihat dari banyaknya jadwal kegiatan yang tersusun rapi untuk dilaksanakan secara profesional. Wisatawan dapat mengunjungi kantor pengelola jika ingin mengetahui agenda kegiatan yang terjadwal di papan informasi. Agenda kegiatan tersebut antara lain, pentas seni, seperti pentas tari dan pentas musik, dan aneka lomba, seperti lomba menggambar dan lomba mengarang untuk anak-anak.
Fasilitas pendukung yang terdapat di taman ini adalah laboratorium, perpustakaan, mushola, toilet, ruang pertunjukkan (indoor dan outdoor), ruang pertemuan, toko suvenir, toko buku, dan halaman parkir yang luas.

B.     FAKTOR PENARIK TAMAN PINTAR SEBAGAI DAERAH TUJUAN WISATA
1.      Letaknya yang Sangat Strategis dan Mudah Sekali Dijangkau
Taman Pintar berlokasi di jantung Kota Yogyakarta, tepatnya di Jalan Panembahan Senopati No. 3, Yogyakarta, Indonesia. Lokasi taman ini sebelumnya merupakan lokasi Shooping Center yang kini direlokasi ke sebelah utara taman ini, bersebelahan dengan Taman Budaya Yogyakarta, Gedung Societet Militair, dan Pasar Beringharjo. Di sebelah selatan taman ini terdapat Bank Indonesia Cabang Yogyakarta, Kantor Pos Besar Yogyakarta, dan Keraton Yogyakarta. Di sebelah timurnya terdapat Pos Polisi, sedangkan di sebelah baratnya terdapat Monumen Serangan Umum 1 Maret, Benteng Vredeburg, Gedung Agung, dan Jalan Malioboro
Akses menuju Taman Pintar tidak terlalu sulit karena letaknya persis di pinggir utara Jalan Panembahan Senopati No. 3. Di samping itu, taman ini juga relatif dekat dari Bandara Adi Sucipto (sekitar 8 km), dari Terminal Giwangan (sekitar 6 km), dari Stasiun Lempuyangan (sekitar 3 km), dan dari Stasiun Tugu (sekitar 2 km).
Bagi turis domestik atau mancanegara yang berangkat dari Bandara Adi Sucipto dapat menggunakan Bus Trans-Jogja [trayek 3A atau 3B] melewati Jalan Malioboro. Setelah sekitar 25 menit dan membayar ongkos sekitar Rp 3.000, wisatawan dapat turun di depan Taman Pintar. Sedangkan wisatawan yang berangkat dari Terminal Giwangan dapat menggunakan bus kota jalur 4 atau 10 melewati Jalan Malioboro, kemudian turun di depan Benteng Vredeburg dengan membayar ongkos sekitar Rp 2.500. Dari Benteng Vredeburg, pewisata dapat berjalan kaki ke arah timur menuju Taman Pintar. Bagi wisatawan yang berangkat dari Stasiun Tugu dapat menggunakan becak atau andong menuju taman ini dengan membayar ongkos kurang lebih sebesar Rp 10.000. Sedangkan wisatawan yang berangkat dari Stasiun Lempuyangan dapat menggunakan taksi menuju taman ini dengan membayar ongkos kurang lebih sebesar Rp 20.000.
2.      Memiliki Nilai Edukasi yang Tinggi
Secara garis besar, materi isi taman ini terbagi menurut kelompok usia dan penekanan materi. Untuk kelompok usia, dibagi menurut tingkat pra sekolah, taman kanak-kanak, sekolah dasar, hingga sekolah menengah, sedangkan untuk penekanan materinya, diwujudkan dalam bentuk interaksi antara pengunjung dengan materi yang disampaikan melalui anjungan yang ada, mulai dari anjungan permainan, anjungan pengenalan, anjungan materi ilmu-ilmu dasar, hingga anjungan penerapan iptek. Format materinya disusun dalam bentuk sub-sub tema dan zonasi ruang sebagai media penyampaian materi yang terkandung.
Disini anak-anak bukan hanya dapat bermain secara menyenangkan, namun juga sambil belajar dan tentu menyenangkan. Beragam wahana dibuat semenarik mungkin sehingga anak-anak secara tidak sadar sedang menjalankan proses pendidikan yang sangat positif bagi perkembangan mental dan fisiknya.
3.      Tempat Wisata yang Menarik
Semua keluarga dapat menikmati taman wisata ini. Dari mulai anak-anak, remaja hingga orang tua. Tempatnya yang berwarna-warni menambah kesemarakan taman yang penuh wahana edukasi ini. Beragam wahana yang ada disini pun menjadi daya tarik tersendiri seperti adanya Playground area, Gedung PAUD barat dan PAUD timur, Gedung Oval lantai 1, Gedung Oval lantai 2, Gedung Kotak lantai 2, dan Gedung Memorabilia. Pada masing-masing zona memiliki berbagai wahana unggulan, antara lain Taman Bermain, Penjelajah Kecil, Petualangan Lingkungan, Titian Penemuan, Titian Sains, Jembatan Sains, Indonesiaku, Teknologi Canggih, dan Teknologi Populer.
4.      Lingkungan yang Bersih
Banyak yang berkunjung ke Taman Pintar ini mengaku karena nyaman berada di dalamnya. Pengunjung merasakan kenyamanan tentu karena kebersihan lingkungan yyang senantiasa dijaga baik oleh pengunjung maupun pengelola. Ketika kami melakukan observasi hampir tidak terlihat sampah berserakan, hanya bisa dijumpai beberapa daun kering yang berguguran secara alami, itupun sangat sedikit jumlahnya. Kebersihan di sini juga dikarenakan telah diupayakannya pengelolaan sampah secara benar, terbukti dengan adanya bak kompos sampah yang besar, namun tidak menunjukan bahwa itu bak kompos karena dibuat sedemikian rupa agak menarik dan tidak terlihat kotor dengan berbentuk stawberri.
5.      Harga Tiket Masuk Terjangkau
Biaya yang dikeluarkan pun sangat murah, jika hanya ingin berjalan-jalan di areal Playground pengunjung tidak perlu mengeluarkan biaya sepeserpun, sedangkan jika ingin masuk ke wahana lain jelas ada tambahan biaya. Misalnya ketika pengunjung  ingin memasuki Gedung PAUD pengunjung dikenai biaya : Rp 500/anak bagi anak yang berusia 2-7 tahun, biaya masuk Gedung Oval & Kotak: Rp. 5.000 / anak, Rp. 15.000 / dewasa, sedangkan Gedung Memorabilia: Rp. 1.000 / anak, Rp. 2.000 / dewasa, dan Teater 3D: Rp. 15.000 / orang.


C.    PROSES INTERAKSI DI LINGKUNGAN TAMAN PINTAR
Semenjak dibangun pada tahun 2008, Taman Pintar membuktikan kemajuan yang baik bagi masyarakat Yogyakarta. Lokasinya yang berdekatan dengan tempat wisata Benteng Vredeberg dan kompleks toko buku shopping, membuat lokasi ini mudah diterima masyarakat. Tempat wisata ini bertujuan sebagai taman yang membuat anak-anak menjadi pintar. Taman bermain yang disediakan bisa dinikmati tanpa harus membayar karcis. Keberadaan Taman ini juga memberi keberuntungan bagi para penjual buku, karena selain bermain di taman pintar, wisatawan dapat langsung melihat ataupun membeli buku di kompleks toko buku shopping. Keberadaan ini dapat dimengerti dengan teori interaksi, dimana tidak terjadi konflik yang memberatkan saat dibangunnya tempat ini. Masyarakatpun dapat menerima dengan baik, karena Taman Pintar memberikan manfaat yang baik bagi pengunjung, terutama anak-anak. Semua wahana yang disediakan di taman ini berbasis pada ilmu pengetahuan. Selain berpengaruh positif bagi wisatawan, Taman Pintar juga memberi pengaruh positif bagi mahasiswa. Pada setiap akhir tahun, taman pintar selalu membuka lowongan part-time bagi mahasiswa, waktu bekerja-pun di sesuaikan dengan jadwal kuliah mahasiswa.
Pada dasarnya interaksi tidak hanya terjadi pada pada pengunjung dengan pengunjung lainnya tetapi juga terjadi antar objek wisatanya. Apalagi mengingat Yogyakarta sebagai tempat tujuan wisata keterkaitan antar objek sangatlah erat, beberapa pengunjung tidak sengaja ke Taman Pintar tetapi karena telah berkunjung ke objek lain Taman Sari atau Shopping misalnya. Keterkaitan antar objek yang sangat erat kaitannya adalah antara shopping dan Taman Pintar, Shopping memang bagian dari Taman Pintar sehingga pengunjung yang berkunjung ke Shopping seringkali menyempatkan diri berkunjung ke Taman Pintar, begitu pula sebaliknya.
Pada sifatnya, hubungan antara wisatawan dengan masyarakat dicirikan oleh empat hal:
1.      Mereka berhubungan sementara (transitory relationship), sehingga tidak ada hubungan yang mendalam. Hubungan yang bersifat sementara dan tidak berulang, sering menyebabkan mereka yang berhubungan tidak memikirkan dampak di masa yang akan datang, sehingga jarang memunculkan rasa saling percaya. Akibat lebih jauh, masing-masing pihak mempunyai potensi untuk memeras dan saling membohongi. Begitu pula di obyek wisata ini orang-orang lebih banyak berkunjung ke dalam gedung oval atau mengajak putra dan putrinya bermain di playground area dibandingkan dengan berinteraksi dengan pengunjung lain kerena pada dasarnya mereka hanya ingin menikmati wahana yang lain tanpa memperdulikan wisatawan lain yang datang.
2.      Ada Kendala ruang dan waktu yang menghambat hubungan. Wisatawan umumnya berkunjung secara musiman dan tidak berulang. Apalagi kenyataan bahwa fasilitas pariwisata umumnya hanya terkonsentrasi pada tempat-tempat tertentu, maka wisatawan hanya berhubungan secara intensif dengan sebagian anggota masyarakat yang secara langsung berhubungan dengan pelayanan terhadap wisatawan, sedangkan masyarakat yang jauh dari fasilitas pariwisata berhubungan dengan wisatawan secara kurang intensif. Jadi yang banyak berinteraksi dengan pengunjung Taman Pintar hanyalah yang memang berada di lingkungan Taman Pintar itu sendiri seperti pelayan di wahana, pedagang, petugas parkir, sedangkan dengan masyarakat lainnya tidak terjadi interaksi yang intens.
3.      Dalam Mass Tourism, tidak ada hubungan yang bersifat spontan antara wisatawan dengan masyarakat lokal, melainkan sebagian besar diatur dalam paket wisata yang ditangani oleh usaha pariwisata dengan jadwal yang ketat. Kegiatan pariwisata adalah kegiatan ekonomi, yang berarti bahwa masyarakat lokal bekerja pada pariwisata adalah untuk kepentingan ekonomi atau mendapatkan penghidupan. Dengan demikian interaksi yang terjadi antara wisatawan dengan masyarakat lokal lebih banyak bersifat transaksi ekonomi. Hubungan yang semula didasarkan atas keramahan-tamahan tradisional, dalam pariwisata telah berubah menjadi keramah-tamahan yang dikomersialkan. Para pedagang cenderung ramah karena ada harapan bahwa dagangannya akan dibeli oleh pengunjung, selebihnya bila terlihat bahwa pengunjung tidak akan membeli keramah-tamahan para pedagang cenderung hilang. Begitu juga dengan pengelola mereka ramah karena memang tugas yang mengharuskan mereka bersikap seperti itu.
4.      Hubungan atau interaksi umumnya bersifat tidak setara, pada umumnya masyarakat lokal merasa inferior. Wisatawan lebih kaya, lebih berpendidikan, dan dalam suasana berlibur, sedangkan masyarakat lokal dalam suasana melakukan pekerjaan, penuh kewajiban, dan mengharapkan uang wisatawan. Posisi yang tidak seimbang ini menyebabkan terjadinya hubungan ekploitatif, atau inferior-superior. ( I Gde Pitana dan Putu G. Gyatri , 2005 : 81-82). Pada hubungan ini kita yang posisinya sebagai wisatawan terkadang memperlakukan pedagang misalnya dengan kurang baik, menawar makanan dengan harga yang tidak seharusnya atau melakukan hal-hal lain yang para wisatawan merasa bahwa itu merupakan haknya.

Orang berwisata karena adanya keinginan untuk mengetahui apa yang ada atau apa yang belum ia ketahuai di objek wisatanya itu. Seperti halnya dengan Taman Pintar, wisata edukasi yang menawargam beragam penawaran unik ini memberikan pengalaman terutama pengalaman pendidikan yang boleh jadi tidak ada di tempat atau objek wisata lain.
Ketika mengunjungi sebuah objek wisata tentu masyarakat pendatang itu berinteraksi dengan masyarakat asli baik yang merupakan pengelola objek wisata ataupun pedagang, tukang parkir dan elemen lain yang selalu ada pada suatu objek wisata. Masyarakat itu berinteraksi dengan masyarakat sekitar dengan beragam proses interaksi tentu akan ada dampak baik, maupun dampak negatifnya.

D.    FUNGSI DAERAH TUJUAN WISATA TAMAN PINTAR
Setiap daerah wisata tentu memiliki tujuan ketika proses pembangunan. Demikian juga dengan Taman Pintar. Fungsi dari Taman Pintar sudah jelas yakni memberikan suasana yang yaman bagi anak sebagai proses bermain dan belajar. Taman pintar ini juga bisa dijadikan pilihan yang sangat representatif bagi liburan keluarga karena cocok untuk segala usia.
Adapun pariwisata Taman Pintar memiliki beberapa fungsi yang dimilikinya, antara lain:
1.      Fungsi Rekreatif
Fungsi ini dimiliki Taman Pintar karena pada dasaranya memang dipergunakan untuk rekreasi, baik bagi anak-anak, remaja, dewasa, bahkan untuk segala jenis usia. Tempat ini memiliki banyak wahana yang menghibur misalnya saja Taman Menari yang digunakan anak-anak sebagai tempat bermain air.
2.      Fungsi Edukatif
Fungsi edukatif sangat besar porsinya juga disini karena sesuai dengan tujuan dibangunnya Taman Pintar yakni  memberikan wahana yang rekreatif namun juga edukatif yang dapat membantu mengembangkan dan menambah khasanah pengetahuan pengunjung. Fungsi edukatif yang menonjol disini memang dalam bidang ilmu pengetahuan alam, naum terdapat pengetahuan tentang antariksa, astronomi, sejarah, bahkan pendidikan karakterpun diterapakan disini. Dimana ada beragam tulisan yang mengingatkan pada kita bahwa tidak boleh menginjak rumput yang berarti kita harus menghargai makhluk hidup ciptaan Tuhan.

E.      DAMPAK SOSIAL, BUDAYA, DAN EKONOMI TAMAN PINTAR
Segala sesuatu baik itu hal yang positif maupun hal yang negatif tentu akan menghasilkan dampak. Begitu pula dengan adanya obyek wisata Taman Pintar. Beragam wahana edukatif tersedia, namun bukan berarti tidak ada dampak negatif mengiringi objek wisata ini.
Adapun beberapa dampak sosial, budaya, dan ekonomi adanya objek wisata Taman Pintar adalah:
1.      Memberikan wahana bermain sekaligus belajar yang representatif bagi anak.
2.      Menjadikan pilihan objek wisata keluarga yang bermanfaat.
3.      Memberikan pilihan tempat belajar yang menarik bagi para pendidik, karena disini anak-anak akan disuguhi kanekaragam permaian yang menambah khasanah pengetahuan.
4.      Taman Pintar juga bisa dijadikan sebagai tujuan wisata yang potensial untuk para wisatawan khususnya pelajar.
5.      Menambah pilihan mata pencaharian bagi penduduk sekitarnya dengan menjadi pedagang, petugas parkir, maupun petugas kebersihan.
6.      Menambah pendapatan kota Yogyakarta dari kunjungan pariwisata baik yang wisatawan asing maupun wisatawan mancanegara.
7.      Taman pintar juga dapat digunakan sebagai wahana pembelajaran pendidikan karakter yang kini banyak digembar-gemborkan.
8.      Selain dampak positif terkadang persaingan antar pedagang, atau pengelola juga menimbulkan gesekan-gesakan tersendiri di objek wisata tersebut.


1 komentar:

  1. taman pintar kalo dari artikel yang dibaca berarti sama aja kek outbond yh?
    outbond juga melatih ketangkasan sekaligus bermain.^^

    Mesin|Digital|Printing|Plotter|Eco Solvent|X Banner|Supplier

    BalasHapus