A. Lokasi
Kampung
Toga adalah kawasan wisata terpadu di Kota Sumedang yang terdiri berbagai macam
fasilitas rekreasi dengan suasana pedesaan Jawa Barat yang cocok sebagai tempat
keluarga bersantai dan menghabiskan waktu liburan. Kampung Toga disiapkan untuk
kawasan wisata bewawasan lingkungan menuju kawasan hutan kota dengan berbagai
fasilitas yang lengkap. Lokasi Kampung Toga Sekitar 2 Km dari pusat
pemerintahan Kabupaten Sumedang dengan ketinggian 650 dpl koordinat S
06.52.35.1,E 107. 54.34.5 dengan nuansa perbukitan yang asri dan pemandangan
kota Sumedang serta hamparan sawah dan sungai yang dapat dinikmati dengan
wisata dirgantara yaitu paralayang dan gantole. Dari puncak bukit Toga terlihat
hamparan pesawahan, perkebunan dengan panorama khas Parahiangan. Fasilitas yang
tersedia di kampung Toga sangat beranekaragam, terdapat 20 Villa berbagai tipe,
fasilitas kolam renang dewasa dan anak, restoran, dengan fasilitas lesehan,
meeting room, ruang terbuka. Fasilitas outbond, kegiatan olah raga dirgantara,
paralayang, dan gantole. Danau buatan, kebun buah-buahan, tanaman obat
keluarga.
Pada
awalnya pendirian lokasi ini diprakarsai oleh Drs. Samsudin, seorang Pegawai
Negeri Sipil yang tinggal di Sumedang. Beliau berkeinginan untuk membedah
daerah gersang dan kurang produktif yang
berada di sekitar lereng perbukutan daerah Kabupaten Sumedang Jawa Barat untuk
dijadikan kawasan wisata. Itulah awal gagasan yang terbersit pada tahun 1997 oleh
Bapak yang gelar kesarjanaannya didapat dari Universitas Islam Nusantara Bandung
jurusan Ekonomi Pembangunan. Menurutnya di Sumedang dirasakan masih sangat
kurang adanya obyek wisata untuk dapat menarik pengunjung secara masal dalam
satu tempat dengan segala fasilitas yang lengkap demi kepuasan para pengunjung.
Konsep wisata inilah yang dapat dikembangkan sesuai dengan keberadaan kabupaten
Sumedang yang kaya akan keanekaragaman seni dan bidaya serta alam pegunungan
yang masih asri ditunjang dengan visi Kabupaten Sumedang menjadi daerah agro bisnis
dan pariwisata serta misi pariwisata kabupaten Sumedang mewujudkan daerah
pariwisata budaya dan pariwisata lingkungan.
B. Ciri
Khas
Dengan
moto One Stop Adventur, para
pengunjung akan menikmati kegiatan beraneka ragam, baik kegiatan diudara,
darat, maupun air. Di udara menikmati olahraga dirgantara berupa paralayang,
dan gantole baik untuk pendidikan maupun untuk rekreasai, disini telah
disiapkan trainer yang berlisensi untuk para sisiwa yang akan mengikuti
pendidikan dan master Thundem untuk penumpang yang sekedar menikmati indahnya
panorama kampung toga di udara. Di darat berupa rekreasi keluarga dengan
menikati suasana alam pegunanungan, jalan-jalan dengan suasana pedesaan, naik
sepeda gunung, untuk kegiatan outbond lengkap dengan segala fasilitas dan
permainannya, tersedia aneka makanan dan minumanan ala parahiyangan, disajikan
di saung lesehan dan restoran yang bernuansa
alam terbuka. Di air ada kegiatan raffting atau arung jeram, kolam
renang dewasa dan anak-anak dengan nuansa pegunungan serta pemancingan di danau
buatan di atas bukit paling tinggi atau sekedar mancing keluarga di atas
perahu.
Beragam
ukuran dan model villa tersedia di kawasan wisata ini diantaranya tipe
Flamboyan, Bugenville, Rose, Sedapmalem, Kenanga, Ayudia I, Ayudia II, Ayudia
II, Mangangeke, Merpati, Nuri, Jalak, Elang, Soeniy, Anis, dan Kenari. Tentu
dengan beragam rentang harga tipe paling murah adalah Kenanga dengan 1 kamar
tidur 1 kamar mandi berbandrol harga Rp. 250.000,00. Sementara yang paling
mahal berkisar Rp. 1.300.000,00. Dengan nama villa Ayudia III yang memeiliki
fasilitas 3 kamar tidur dan 3 kamar mandi.
Selain
menyediakan hunian sementara pihak obyek wisata ini pun menyediakan restoran
dengan berbagai macam menu khas Sunda yakni nasi putih, ayam goreng, tahu
tempe, sambel, gepuk, karedok, lalap, sayur asem, sayur lodeh, ikan asin,
bajigur, bandrek, cente manis, talam, bugis, lontong isi/bacang lemper, lumpia,
opak, keripik, acar nila atau mas, pepes tahu, gehu dan banyak lagi.
C. Interaksi
Masyarakat dengan Obyek Wisata
Interaksi
yang terjalin pada obyek wisata ini merupakan interaksi positif berupa kerja
sama. Gagasan pariwisata berdasarkan potensi dan dukungan serta gagasan yang
ada untuk mewujudkan Kabupaten Sumedang menjadi daerah wisata yang dapat
diunggulkan maka dicarilah lahan yang dapat dijadikan kawasan wisata dengan
lokasi yang tidak terlalu jauh dari kota atau pusat pemerintahan. Pelaksanaan
gagasan sesuai dengan hasil pertimbangan dan pengamatan lapangan, maka
ditemukanlah area lahan desa seluas 16.25 ha di Desa Sukajaya Kecamatan
Sumedang Selatan yang lokasinya hanya 2 km dari Pemda Sumedang dengan kondisi
tanah tandus, gersang, sedikit popohonan, dan kekuarangan sarana dan prasarana
baik jalan, air, maupun listrik serta belum dimanfaatkan areal perbukitan
secara optimal sebagai penghubung antara dusun di desa tersebut. Dengan
kesepakatan Desa Sukajaya Kecamatan Sumedang Selatan dan Pemerintahan Kabupaten
Sumedang serta izin dari Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat maka
dimulailah rencana pengembangan kawasan wisata tersebut dengan nama Kawasan
Wisata Kampung Toga yang berasal dari kata Kampung Tanaman Obat Keluarga atau
apotik hidup, sesuai dengan situasi di kawasan tersebut yang terdapat banyak tumbuhan
dengan khasiat obat.
Dari
awal pembangunan sudah terlihat adanya kerja sama yang sinergis dari pencetus,
masyarakat sekitar, dan juga pemerintahan daerah baik di tingkat Kabupaten
maupun di tingkat Provinsi. Begitu pula kini kerjasama masih terjalin dengan
baik, apalagi melihat potensi wisatawan yang dapat mendapatangkan pendapatan
bagi masyarakat kian berpeluang besar. Masyarakat sekitar turut andil dalam
memajukan obyek wisata ini sebagai sumber daya manusianya. Ada yang bekerja
sebagai pengelola, penjaga keamanan, petugas kebersihan, penjual makanan dan minuman, tukang parkir,
tukang karcis, trainer-trainer outbond dan bahkan masyarakat sekitar yang tidak
turut langsung dalam bidang pekerjaan disana tetap memberikan kontribusi yang
positif bagi kemajuan obyek wisata ini. Misalnya petani atau warga sekitar yang
ada disana, dengan bersikap ramah tamah terhadap pengunjung atau menunjukan
jalan apabila ada yang tersesat ketika berekreasi.
Dampak
bagi masyarakat sekitar tentu tidak selamanya positif, terdapat dampak negatif
yang dihasilkan diantaranya norma-norma masyarakat setempat yang mulai
bergeser. Dengan maraknya villa yang tentu tidak semua penghuninya merupakan
suami istri menyebabkan penyimpangan sosial mudah saja terjadi pada daerah ini.
Belum lagi para remaja yang seringkali menghabiskan waktu di daerah perbukitan
yang masih sepi memungkinkan terjadinya tindakan kriminal dan asusila yang
sulit dihindari. Tentu peran pengendali sosial sangat dibutuhkan disini baik
itu merupakan tokoh masyarakat maupun aparat penegak hukum, agar lokasi wisata
potensial ini dapat terus berkembang maju.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar