Kamis, 04 Oktober 2012

Perubahan Sosial Di Masyarakat Sekitar Terminal Giwangan



A.    Sejarah Singkat Terminal Giwangan
Giwangan adalah salah satu desa yang terletak di pinggiran kota Yogyakarta, Desa Giwangan dulunya sangat sepi. Sekitar tahun 80an di selatan Giwangan dibangun kompi brimob Gondowulung, akibat berdirinya kompi brimob Desa Giwangan menunjukkan perkembanganan perekonomiannya dengan berdirinya perumahan, kampus dan Pasar Giwangan, ringroad dan Terminal Giwangan.
Terminal Giwangan adalah salah satu terminal yang ada di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, tepatnya di Jl. Lingkar Selatan. Terminal Giwangan merupakan terminal baru yang mulai beroperasi pada tanggal 10 Oktober 2004. Pembangunan Terminal Penumpang Tipe A Giwangan Yogyakarta dilakukan sejak September 2002 dan selesai Agustus 2004 serta langsung diaktifkan pada bulan September 2004. Pembangunan terminal terwujud dalam bentuk kerjasama operasional dengan sistem Built Operated Transfered (BOT) antara Pemerintah Kota dengan investor swasta PT Perwita Karya selama 30 tahun sejak September 2002 hingga September 2032. Kerjasama dengan bentuk Manajemen operasional terminal ditangani oleh Unit Pengelola Teknik Daerah (UPTD) Pengelola Terminal Dinas Perhubungan dan Manajemen sarana dan prasarana terminal dikelola oleh PT Perwita Karya yang mempunyai wewenang dan tujuan untuk menghasilkan keuntungan perusahaan melalui pemanfaatan sarana prasarana fasilitas penunjang dan tambahan terminal. Pembanguan terminal ini dipimpin oleh Imanudin Azis.
Terminal ini merupakan terminal baru di Yogyakarta yang sebelumnya ada di belakang Polsek Umbulharjo. Pemindahan lokasi terminal dari Umbulharjo ke Giwangan dikarenakan ukuran Terminal Umbulharjo yang sempit dan kurang bisa memuat bis-bis antar provinsi yang ukurannya sangat besar. Lokasi Termainal Giwangan yang ada saat ini awalnya hanya merupakan sawah yang luas dengan letak yang sangat strategis. Karena pertimbangan letak yang strategis dan ukuran yang luas, maka tahun 2002 Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta memutuskan untuk mulai membangun Terminal Giwangan disitu.

B.     Gambaran Umum Terminal Giwangan
Arus distribusi orang, barang, dan jasa dari satu lokasi ke lokasi lain, kemudian berhenti pada konsumen akhir, hanya dimungkinkan terjadi dengan baik bila ada jasa transportasi yang diatur dalam manajemen yang baik pula. Oleh karena itu, Terminal Penumpang Tipe A Yogyakarta hadir  sebagai gerbang bisnis representatif yang menjadi akselerator perekonomian daerah, utamanya di kawasan Jogja selatan.
Dibangun di atas lahan seluas 5,8 ha di tepi Jl. Lingkar Selatan, Terminal Giwangan mengikuti Tata Ruang Perda No. 6 Tahun 1994 tentang Rencana Tata Ruang Untuk Kota (RTRUK). Sebagai satu-satunya terminal bertipe A, terminal ini mampu mengurangi kepadatan lalu lintas yang terjadi di pusat kota. Selain itu, kehadirannya di kawasan Giwangan membantu meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar.
Bangunan terminal terdiri dari dua lantai. Lantai pertama difungsikan untuk aktivitas angkutan umum yang dibagi per wilayah dan jenis angkutan. Misalnya untuk angkutan AKAP diletakkan di ujung timur terminal dan AKDP di bagian tengah. Kemudian lantai kedua untuk aktivitas para pengguna jasa transportasi dan termasuk di dalam lantai dua, terdapat ruang tunggu dan berbagai fasilitas penunjang lain.

Layanan
- Pengobatan,
- Informasi dan pengaduan,
- Kantor organisasi angkutan darat (ORGANDA),
- Keamanan

Fasilitas
Terminal Giwangan disebut juga sebagai terminal BERTAMAN (Bersih, Tertib, Aman, Nyaman, dan Berwawasan Lingkungan). Untuk menciptakan kelancaran aktivitas transportasi dan kenyamanan pengguna jasa transportasi, disediakan berbagai macam fasilitas, seperti:

Fasilitas Utama:
·         Jalur pemberangkatan,
·         jalur kedatangan,
·         termpat parkir kendaraan selama menunggu keberangkatan, termasuk tempat tunggu dan istirahat kendaraan umum,
·         bangunan kantor terminal,
·         ruang tunggu penumpang atau pengantar,
·         menara pengawas,
·         loket penjualan karcis,
·         rambu-rambu dan papan informasi (petunjuk jurusan, tarif, dan jadwal perjalanan).

Fasilitas Lain:
·         kamar kecil,
·         musholla,
·         kantin,
·         telepon umum,
·         tempat penitipan barang,
·         taman

Terminal Giwangan memiliki beragam pembagian area terminal. Luasnya wilayah terminal dapat membingungkan calon penumpang yang baru berkunjung untuk pertama kalinya. Oleh karena itu, fasilitas rambu-rambu dan papan informasi berupa petunjuk jurusan, tarif, dan jadwal perjalanan cukup membantu untuk mengatasi kebingungan tersebut. Selain itu bagi masyarakat yang membutuhkan bantuan keamanan dapat segera menghubungi tim keamanan dari pihak pengelola Terminal Giwangan yang berada di setiap ruangan.

C.    Perubahan Sosial yang Terjadi di Terminal Giwangan
1.      Faktor Penyebab
Pada setiap perubahan sosial yang terjadi tentu terdapat penyebab, begitu pula pada perubahan yang terjadi pada masyarakat sekitar Terminal Giwangan. Wilayah yang dulunya merupakan hamparan sawah dengan budaya masyarakat agraris, berubah menjadi kawasan terminal yang cenderung dinamis terbuka pada berbagai perubahan dan unsur budaya baru. Perubahan sosial yang terjadi disini tentu berdampak pula pada perubahan norma, lembaga, kelompok sosial, statifikasi, mobilitas, dan interaksi sosial.
Faktor penyebab perubahan sosial di Masyarakat sekitar Terminal Giwangan ada dua, yakni:
a.       Faktor Internal
Faktor internal atau faktor dari dalam yang menghendaki adanya perubahan di masyarakat terminal Giwangan adalah adanya keinginan untuk lebih baik lagi, baik dalam segi ekonomi yang tentu berakhir pada keinginan untuk menjadi lebih sejahtera dari sebelumnya.
b.      Faktor Eksternal
Faktor eksternal yang dominan menjadi akibat dari perubahan soasial di Terminal Giwangan adalah adanya kontak dengan kebudayaan lain. Dimana setelah dibangun Terminal Giwangan yang notabene merupan terminal Kelas A terbesar di Jawa masyarakat pendatang banyak sekali yang berdatangan yang sudah barang tentu membawa segala nilai dan norma dari tempat asalnya yang bisa saja sesuai dengan masyarakat setempat atau bahkan malah bertentangan yang tentu akan menimbulkan berbagai perubahan sosial di masyarakat tersebut.

2.      Proses
Proses perubahan sosial yang terjadi di Terminal Giwangan termasuk dalam perubahan sosial revolusi, dikarenakan proses perubahan sosial yang terjadi sangat cepat. Hal ini dapat dilihat dari proses pembangunan terminal sendiri yang hanya memakan waktu selama dua tahuan, yakni Pembangunan Terminal Penumpang Tipe A Giwangan Yogyakarta dilakukan sejak September 2002 dan selesai Agustus 2004 serta langsung diaktifkan pada bulan September 2004. Pembangunan terminal terwujud dalam bentuk kerjasama operasional dengan sistem Built Operated Transfered (BOT) antara Pemerintah Kota dengan investor swasta PT Perwita Karya selama 30 tahun sejak September 2002 hingga September 2032.
Akibat dari perubahan yang cepat ini masyarakat pun menyesuaikan diri dengan cepat pula. Beberapa masyarakat yang bermukim di sekitar terminal giwangan yang mengisi lowongan pekerjaan sekitar Terminal berpengaruh terhadap jenis pekerjaan yang diperolahnya sekarang, yang semula sebagian dari mereka menjadai petani kini beralih menjadi satpam, pedagang, supir, hingga agen tiket. Proses perubahan pada mata pencaharian yang kini dijalani oleh sebagian masyarakat di sekitar Terminal Giwangan  juga akan berpengaruh pada kesejahteraan masyarakat namun di sisi lain tatanan sosial masyarakat akan berubah pada pola pemukiman dan nilai-nilai yang telah ada. Di terminal giwangan ini juga terjadi mobilitas horizontal karena terdapat beberapa profesi yang sama mengikuti perpindahan terminal. Misalnya pada tukang becak yang dulunya menjadi tukang becak di terminal umbulharjo, dan sekarang menjadi tukang becak di Giwangan. Hal yang sama juga terjadi pada ibu pemilik warung makan di terminal umbulharjo, dan sekarang membuka warungnya di terminal giwangan. 



3.      Dampak
Perubahan sosial budaya tidak terlepas dari dampak berupa progres atau perubahan yang lebih maju dan regres atau perubahan kearah kemunduran. Begitu pula perubahan sosial yang terjadi di Giwangan, beragam dampak menunjukan bahwa perubahan tersebut mengarak ke arah kemajuan, seperti bertambahnya kesejahteraan pernduduk dikarenakan munculnya beragam mata pencaharian di terminal Giwangan. Kemudahan sarana transportasi juga hal lain yang menunjukan perubahan kearah kemajuan.
Perubahan sosial yang berdampak kemunduran juga muncul disini, terutama pada bidang nilai dan norma yang cenderung bergeser ke arah yang kurang baik, terutama dikarenakan dengan munculnya beragam kebudayaan masyarakat yang tentu berbeda dengan kebudayaan masyarakat sebelumnya yang merupakan masyarakat agraris yang masih berpegang teguh pada nilai dan norma.
Berbagai perubahan sosial dan budaya jelas menimbulkan beragam dampak, baik itu dampak positif maupun negatif. Dampak positif yang ditimbulkan dari dibangunnya terminal Giwangan diantaranya:
-          Menambah pilihan mata pencaharian. Masyarakat yang tadinya merupakan masyarakat agraris dengan pilihan mata pencaharian yang tentu tidak akan jauh dari menjadi pengolah sawah bagi yang memiliki lahan atau menjadi buruh tani bagi mereka yang tidak memiliki lahan pertanian berubah menjadi pedagang, tukang parkir, penjual tiket dan beragam profesi lain dihasilkan dengan dibangunnya Terminal Giwangan.
-          Dengan beragam mata pencaharian yang dihasilkan dari dibangunya terminal ini berdampak pula pada angka pengangguran, yang jelas mengalami penurunan yang cukup signifikan. Sebab, dengan adanya terminal ini secara tidak langsung masyarakat dapat memperoleh pekerjaan dengan cara membuka warung-warung ataupun menjadi pencari penumpang (calo) untuk para supir angkuta.
-          Bertambahnya pendapatan masyarakat juga menjadi salah satu dampak positif, karena dengan ditemukannya mata pencaharian baru, semakin banyak juga lapangan pekerjaan yang dihasilkan dan jumlah usia kerja yang belum memiliki pekerjaan dapat mengisi lapangan kerja yang baru ini, yang jelas berimbas pada pendapatan masyarakatnya.
-          Dengan pendapatan bertamban kesejahteraan masyarakat juga tentu akan bertambah.
-          Bukan hanya pendapatan masyarakat yang bertambah, pemerintahan daerah setempat juga mendapatkan tambahan pemasukan yang berarti bagi APBD.
-          Masyarakat yang tadinya merupakan masyarakat pertanian yang cenderung tertutup menjadi masyarakat terbuka yang mudah menerima modernisasi.
-          Adanya terminal Giwangan ini menyebabkan interaksi masyarakat lebih mudah karena banyaknya alat transportasi yang tersedia.
-          Bertambahnya jumlah penduduk yang berdomisili di sekitar terminal Giwangan yang menyebabkan akulturasi di masyarakat itu.

Sementara dampak negatif dari pembangunan Terminal Giwangan adalah:
-          Dengan masuknya beragam masyarakat baik dari Jawa maupun luar Jawa menyebabkan nilai-nilai baik yang dianut masyarakat sekitar yang semakin terkikis.
-          Lahan pertanian semakin berkurang, yang menyebabkan produktifitas bahan pangan berkurang pula dan juga menyebabkan banyak masyarakat yang beralih profesi yang tadinya menjadi petani berubah menjadi tukang becak, penjual tiket, pedagang dan lain-lain.
-          Munculnya beragam penyimpangan sosial yang diakibatkan pada beragam masyarakat.
-          Dengan berdirinya terminal giwangan dapat mempengaruhi kepribadian anak-anak sekitar terminal sebab secara langsung maupun tidak langsung mereka melihat bagaimana interaksi orang-orang yang ada diterminal yang cenderung dengan menggunakan bahasa-bahasa yang kasar atau kurang sopan.

1 komentar: