A.
Sejarah
Singkat Terminal Giwangan
Giwangan adalah salah satu desa yang terletak di
pinggiran kota Yogyakarta, Desa Giwangan dulunya sangat sepi. Sekitar tahun
80an di selatan Giwangan dibangun kompi brimob Gondowulung, akibat berdirinya
kompi brimob Desa Giwangan menunjukkan perkembanganan perekonomiannya dengan
berdirinya perumahan, kampus dan Pasar Giwangan, ringroad dan Terminal
Giwangan.
Terminal Giwangan adalah salah satu terminal yang
ada di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, tepatnya di Jl. Lingkar Selatan.
Terminal Giwangan merupakan terminal baru yang mulai beroperasi pada tanggal 10
Oktober 2004. Pembangunan Terminal Penumpang Tipe A Giwangan Yogyakarta
dilakukan sejak September 2002 dan selesai Agustus 2004 serta langsung
diaktifkan pada bulan September 2004. Pembangunan terminal terwujud dalam
bentuk kerjasama operasional dengan sistem Built Operated Transfered (BOT)
antara Pemerintah Kota dengan investor swasta PT Perwita Karya selama 30 tahun
sejak September 2002 hingga September 2032. Kerjasama dengan bentuk Manajemen
operasional terminal ditangani oleh Unit Pengelola Teknik Daerah (UPTD)
Pengelola Terminal Dinas Perhubungan dan Manajemen sarana dan prasarana
terminal dikelola oleh PT Perwita Karya yang mempunyai wewenang dan tujuan
untuk menghasilkan keuntungan perusahaan melalui pemanfaatan sarana prasarana fasilitas
penunjang dan tambahan terminal. Pembanguan terminal ini dipimpin oleh Imanudin
Azis.
Terminal ini merupakan terminal baru di Yogyakarta
yang sebelumnya ada di belakang Polsek Umbulharjo. Pemindahan lokasi terminal
dari Umbulharjo ke Giwangan dikarenakan ukuran Terminal Umbulharjo yang sempit
dan kurang bisa memuat bis-bis antar provinsi yang ukurannya sangat besar.
Lokasi Termainal Giwangan yang ada saat ini awalnya hanya merupakan sawah yang
luas dengan letak yang sangat strategis. Karena pertimbangan letak yang
strategis dan ukuran yang luas, maka tahun 2002 Pemerintah Daerah Istimewa
Yogyakarta memutuskan untuk mulai membangun Terminal Giwangan disitu.
B.
Gambaran
Umum Terminal Giwangan
Arus distribusi orang, barang, dan jasa dari satu
lokasi ke lokasi lain, kemudian berhenti pada konsumen akhir, hanya
dimungkinkan terjadi dengan baik bila ada jasa transportasi yang diatur dalam
manajemen yang baik pula. Oleh karena itu, Terminal Penumpang Tipe A Yogyakarta
hadir sebagai gerbang bisnis representatif
yang menjadi akselerator perekonomian daerah, utamanya di kawasan Jogja
selatan.
Dibangun di atas lahan seluas 5,8 ha di tepi Jl.
Lingkar Selatan, Terminal Giwangan mengikuti Tata Ruang Perda No. 6 Tahun 1994
tentang Rencana Tata Ruang Untuk Kota (RTRUK). Sebagai satu-satunya terminal
bertipe A, terminal ini mampu mengurangi kepadatan lalu lintas yang terjadi di
pusat kota. Selain itu, kehadirannya di kawasan Giwangan membantu meningkatkan
perekonomian masyarakat sekitar.
Bangunan terminal terdiri dari dua lantai. Lantai
pertama difungsikan untuk aktivitas angkutan umum yang dibagi per wilayah dan
jenis angkutan. Misalnya untuk angkutan AKAP diletakkan di ujung timur terminal
dan AKDP di bagian tengah. Kemudian lantai kedua untuk aktivitas para pengguna
jasa transportasi dan termasuk di dalam lantai dua, terdapat ruang tunggu dan
berbagai fasilitas penunjang lain.
Layanan
-
Pengobatan,
-
Informasi dan pengaduan,
-
Kantor organisasi angkutan darat (ORGANDA),
-
Keamanan
Fasilitas
Terminal
Giwangan disebut juga sebagai terminal BERTAMAN (Bersih, Tertib, Aman, Nyaman,
dan Berwawasan Lingkungan). Untuk menciptakan kelancaran aktivitas transportasi
dan kenyamanan pengguna jasa transportasi, disediakan berbagai macam fasilitas,
seperti:
Fasilitas
Utama:
·
Jalur pemberangkatan,
·
jalur kedatangan,
·
termpat parkir kendaraan selama menunggu
keberangkatan, termasuk tempat tunggu dan istirahat kendaraan umum,
·
bangunan kantor terminal,
·
ruang tunggu penumpang atau pengantar,
·
menara pengawas,
·
loket penjualan karcis,
·
rambu-rambu dan papan informasi
(petunjuk jurusan, tarif, dan jadwal perjalanan).
Fasilitas
Lain:
·
kamar kecil,
·
musholla,
·
kantin,
·
telepon umum,
·
tempat penitipan barang,
·
taman
Terminal Giwangan memiliki beragam pembagian area
terminal. Luasnya wilayah terminal dapat membingungkan calon penumpang yang
baru berkunjung untuk pertama kalinya. Oleh karena itu, fasilitas rambu-rambu
dan papan informasi berupa petunjuk jurusan, tarif, dan jadwal perjalanan cukup
membantu untuk mengatasi kebingungan tersebut. Selain itu bagi masyarakat yang
membutuhkan bantuan keamanan dapat segera menghubungi tim keamanan dari pihak
pengelola Terminal Giwangan yang berada di setiap ruangan.
C.
Perubahan
Sosial yang Terjadi di Terminal Giwangan
1. Faktor
Penyebab
Pada setiap perubahan
sosial yang terjadi tentu terdapat penyebab, begitu pula pada perubahan yang
terjadi pada masyarakat sekitar Terminal Giwangan. Wilayah yang dulunya
merupakan hamparan sawah dengan budaya masyarakat agraris, berubah menjadi
kawasan terminal yang cenderung dinamis terbuka pada berbagai perubahan dan
unsur budaya baru. Perubahan sosial yang terjadi disini tentu berdampak pula
pada perubahan norma, lembaga, kelompok sosial, statifikasi, mobilitas, dan
interaksi sosial.
Faktor penyebab
perubahan sosial di Masyarakat sekitar Terminal Giwangan ada dua, yakni:
a. Faktor
Internal
Faktor internal atau
faktor dari dalam yang menghendaki adanya perubahan di masyarakat terminal
Giwangan adalah adanya keinginan untuk lebih baik lagi, baik dalam segi ekonomi
yang tentu berakhir pada keinginan untuk menjadi lebih sejahtera dari
sebelumnya.
b. Faktor
Eksternal
Faktor eksternal yang
dominan menjadi akibat dari perubahan soasial di Terminal Giwangan adalah
adanya kontak dengan kebudayaan lain. Dimana setelah dibangun Terminal Giwangan
yang notabene merupan terminal Kelas A terbesar di Jawa masyarakat pendatang
banyak sekali yang berdatangan yang sudah barang tentu membawa segala nilai dan
norma dari tempat asalnya yang bisa saja sesuai dengan masyarakat setempat atau
bahkan malah bertentangan yang tentu akan menimbulkan berbagai perubahan sosial
di masyarakat tersebut.
2. Proses
Proses
perubahan sosial yang terjadi di Terminal Giwangan termasuk dalam perubahan
sosial revolusi, dikarenakan proses perubahan sosial yang terjadi sangat cepat.
Hal ini dapat dilihat dari proses pembangunan terminal sendiri yang hanya
memakan waktu selama dua tahuan, yakni Pembangunan Terminal Penumpang Tipe A
Giwangan Yogyakarta dilakukan sejak September 2002 dan selesai Agustus 2004
serta langsung diaktifkan pada bulan September 2004. Pembangunan terminal
terwujud dalam bentuk kerjasama operasional dengan sistem Built Operated
Transfered (BOT) antara Pemerintah Kota dengan investor swasta PT Perwita Karya
selama 30 tahun sejak September 2002 hingga September 2032.
Akibat
dari perubahan yang cepat ini masyarakat pun menyesuaikan diri dengan cepat
pula. Beberapa masyarakat yang bermukim di sekitar terminal giwangan yang mengisi
lowongan pekerjaan sekitar Terminal berpengaruh terhadap jenis pekerjaan yang
diperolahnya sekarang, yang semula sebagian dari mereka menjadai petani kini
beralih menjadi satpam, pedagang, supir, hingga agen tiket. Proses perubahan
pada mata pencaharian yang kini dijalani oleh sebagian masyarakat di sekitar
Terminal Giwangan juga akan berpengaruh
pada kesejahteraan masyarakat namun di sisi lain tatanan sosial masyarakat akan
berubah pada pola pemukiman dan nilai-nilai yang telah ada. Di terminal
giwangan ini juga terjadi mobilitas horizontal karena terdapat beberapa profesi
yang sama mengikuti perpindahan terminal. Misalnya pada tukang becak yang
dulunya menjadi tukang becak di terminal umbulharjo, dan sekarang menjadi
tukang becak di Giwangan. Hal yang sama juga terjadi pada ibu pemilik warung
makan di terminal umbulharjo, dan sekarang membuka warungnya di terminal
giwangan.
3. Dampak
Perubahan sosial budaya tidak terlepas
dari dampak berupa progres atau perubahan yang lebih maju dan regres atau
perubahan kearah kemunduran. Begitu pula perubahan sosial yang terjadi di
Giwangan, beragam dampak menunjukan bahwa perubahan tersebut mengarak ke arah
kemajuan, seperti bertambahnya kesejahteraan pernduduk dikarenakan munculnya
beragam mata pencaharian di terminal Giwangan. Kemudahan sarana transportasi
juga hal lain yang menunjukan perubahan kearah kemajuan.
Perubahan sosial yang berdampak
kemunduran juga muncul disini, terutama pada bidang nilai dan norma yang
cenderung bergeser ke arah yang kurang baik, terutama dikarenakan dengan
munculnya beragam kebudayaan masyarakat yang tentu berbeda dengan kebudayaan
masyarakat sebelumnya yang merupakan masyarakat agraris yang masih berpegang teguh
pada nilai dan norma.
Berbagai perubahan sosial dan budaya
jelas menimbulkan beragam dampak, baik itu dampak positif maupun negatif.
Dampak positif yang ditimbulkan dari dibangunnya terminal Giwangan diantaranya:
-
Menambah pilihan mata pencaharian. Masyarakat
yang tadinya merupakan masyarakat agraris dengan pilihan mata pencaharian yang
tentu tidak akan jauh dari menjadi pengolah sawah bagi yang memiliki lahan atau
menjadi buruh tani bagi mereka yang tidak memiliki lahan pertanian berubah
menjadi pedagang, tukang parkir, penjual tiket dan beragam profesi lain
dihasilkan dengan dibangunnya Terminal Giwangan.
-
Dengan beragam mata pencaharian yang
dihasilkan dari dibangunya terminal ini berdampak pula pada angka pengangguran,
yang jelas mengalami penurunan yang cukup signifikan. Sebab, dengan adanya
terminal ini secara tidak langsung masyarakat dapat memperoleh pekerjaan dengan
cara membuka warung-warung ataupun menjadi pencari penumpang (calo) untuk para
supir angkuta.
-
Bertambahnya pendapatan masyarakat juga menjadi
salah satu dampak positif, karena dengan ditemukannya mata pencaharian baru,
semakin banyak juga lapangan pekerjaan yang dihasilkan dan jumlah usia kerja
yang belum memiliki pekerjaan dapat mengisi lapangan kerja yang baru ini, yang
jelas berimbas pada pendapatan masyarakatnya.
-
Dengan pendapatan bertamban
kesejahteraan masyarakat juga tentu akan bertambah.
-
Bukan hanya pendapatan masyarakat yang
bertambah, pemerintahan daerah setempat juga mendapatkan tambahan pemasukan
yang berarti bagi APBD.
-
Masyarakat yang tadinya merupakan
masyarakat pertanian yang cenderung tertutup menjadi masyarakat terbuka yang
mudah menerima modernisasi.
-
Adanya terminal Giwangan ini menyebabkan
interaksi masyarakat lebih mudah karena banyaknya alat transportasi yang
tersedia.
-
Bertambahnya jumlah penduduk yang
berdomisili di sekitar terminal Giwangan yang menyebabkan akulturasi di
masyarakat itu.
Sementara dampak negatif dari
pembangunan Terminal Giwangan adalah:
-
Dengan masuknya beragam masyarakat baik
dari Jawa maupun luar Jawa menyebabkan nilai-nilai baik yang dianut masyarakat
sekitar yang semakin terkikis.
-
Lahan pertanian semakin berkurang, yang
menyebabkan produktifitas bahan pangan berkurang pula dan juga menyebabkan
banyak masyarakat yang beralih profesi yang tadinya menjadi petani berubah
menjadi tukang becak, penjual tiket, pedagang dan lain-lain.
-
Munculnya beragam penyimpangan sosial
yang diakibatkan pada beragam masyarakat.
-
Dengan berdirinya terminal giwangan
dapat mempengaruhi kepribadian anak-anak sekitar terminal sebab secara langsung
maupun tidak langsung mereka melihat bagaimana interaksi orang-orang yang ada
diterminal yang cenderung dengan menggunakan bahasa-bahasa yang kasar atau
kurang sopan.
artikel ini bermanfaat. terima kasih admin :)
BalasHapus